Sesampainya di Desa…
Setelah perjalanan selama 26 jam (lebih lama dari perjalanan Jogja-Bandar Lampung), kamipun sampai pula di Bali. Sayang sekali, rumah idaman kami yang sudah didambakan ternyata gagal digunakan karena ada permasalahan dengan air. Untung saja, dengan bantuan kepala Desa Kutuh (Perbekel) kami mendapatkan tempat tinggal. Cewek-cewek tinggal di rumah Perbekel, sementara para laladon di oper ke kos-kosan lokal. 5 di tempat yang saya ga tau namanya, dan sisanya diletakkan di tempat yang saya juga ga tau namanya.
Beginilah ilustrasi ketika kami sampai di Desa Kutuh, tepatnya Kantor Perbekel kami.
Suasana Kantor Perbekel di potret dari ruang Aula Musyawarah. Tampak si Deddek, Perbekel, dan Ibu Perbekel sedang bermusyawarah menentukan tempat tinggal kami.
Oiya, nama Perbekel kami itu Pak Mesir, mengakunya keturunan Afrika-India, dan berakhir dengan nama Mesir –_____-.
Suasana koper di tempat peristirahatan sementara kami…
Dispenser, Printer, dan LCD TV.
Suasana Aula Musyawarah Desa Kutuh.
VERA MANAAAA VERAAAAAAAAA –_______-
0 tanggapan:
Post a Comment