Halaman Belakang
Dua kali kuikatkan tali di antara tiap-tiap tiang. Sengaja kulakukan agar tidak terlepas di kemudian waktu. Dipenutup ikatannya masih kulumuri dengan bekas bakaran plastik. Berharap akan ada ikatan yang kuat ketika plastik itu mendingin, menjaga agar ikatan dibawahnya tidak dengan mudah begitu saja lepas. Atau setidaknya ada kesempatan bagiku untuk memperbaikinya ketika ikatan itu mulai goyah. Rencananya nanti akan ada tanaman rambat yang akan ditumbuhkan diantara tiang-tiang tersebut.
Di dekat tiang-tiang tersebut, ada tiga pot bunga. Satu diantaranya adalah Towers. Entah mengapa namanya begitu. Yang aku tahu tanaman ini tidak tampak seperti penghias yang tepat. Dia seperti bambu-bambu berukuran kecil yang tinggi. Dan kini tingginya hampir melebihi tinggi badan saya, 176 cm. Sebentar lagi pasti saya sudah dilampaui olehnya.
Pot bunga yang ditengah berisikan Erdans. Bunganya kuning kecil-kecil. Tingginya cuma setengah dari Towers. Ini pemberian dari seorang saudara jauh. Sebelum memberikannya dia bilang bunga ini akan membantu menenangkan pikiran pemiliknya. Ah aku tak terlalu percaya terhadap hal tersebut. Ibuku sendiri juga tidak terlalu perduli dengan hal tersebut. Tapi setahuku, Ibu senang sekali dengan bunga itu. Yah setidaknya yang tengah itulah yang tampak paling terawat diantara bunga yang lain.
Pot bunga yang paling kecil di pinggir diberi nama Rani. Kalau yang ini aku tahu mengapa diberi nama itu. Matahari. Yap! Ayah saya menyukai bunga Matahari. Tapi isi di pot tersebut bukanlah bunga matahari, melainkan sebuah tanaman obat dengan bunga berwarna putih. Biasanya, kami menggunakan bunganya, direndam dengan air, dan kemudian menggunakannya sebagai cairan pencuci mata. Mungkin itu mengapa tanaman obat mata ini diberi nama Rani.
Di halaman belakang kami juga ada seperti pancuran sederhana, namun telah lama mati, dan kini cuma jadi penampungan air untuk menyiram tanaman, dan tentunya sarang nyamuk. Sebentar lagi mungkin akan dipindahkan oleh Ayahku. Warnanya yang merah bata sudah hampir tertutupi lumut dan kerak hasil tertimpa hujan, efek tidak pernah dibersihkan selama berbulan-bulan. Rumput dibawahnya juga tampak yang paling tinggi diantara area lain di sana.
Berbicara rumput, entah darimana rumput yang tumbuh di halaman belakang kami. Ini jenis rumput Jepang setahu saya. Tapi Ayah tidak pernah membeli bibit rumput itu. Atau mungkin ada tetangga yang berbaik hati menabur bibitnya di halaman kami, aku tidak tahu. Yang pasti dari sudut ke sudut halaman belakang kami, rumput itu bisa menutupinya.
TBC.
0 tanggapan:
Post a Comment