Spanyol Dalam Kesulitan, Kapten!
Spain atau lebih dikenal sebagai Spanyol di Indonesia atau Espana dalam bahasa asli mereka, adalah sebuah negara di ujung semenanjung Iberia, Eropa. Anggota dari persatuan negara-negara Eropa atau Uni Eropa ini memiliki sebuah sistem pemerintahan monarki, dimana masih terdapat raja dan kelengkapannya, dibantu oleh parlemen sebagai perwakilan rakyat. Ibukota kerajaan ini adalah Madrid, homebase dari tim sepakbola terbesar di dunia Real Madrid.
Penggemar sepakbola pasti mengenal tim sebesar Real Madrid dan Barcelona. Dua tim terbesar di dunia ini memiliki markas di Spanyol. Real Madrid yang terkenal dengan Cristiano Ronaldo dan Iker Casillas, atau Raul dan Zinedine Zidane di masa lampau. Barcelona yang kini terkenal dengan diving dan provokasi wasitnya, serta ada Ronaldinho di masa lampau. Ataupun legenda lain seperti santiago Canizares dan Fernando Hierro.
Dekade ini adalah masa kejayaan sepakbola Spanyol. Barcelona terbang dengan begitu perkasa setelah generasi emasnya telah matang. Barisan pemain asli Cataluna seperti Victor Valdes, Puyol, Pique, Busquets, Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Pedro Rodriguez, berkembang menjadi pemain-pemain hebat. Messi adalah asli Newell Old Boys Argentina, bukan Cataluna, meski kontribusinya terhadap Barcelona tidak bisa diragukan. Serta tambahan armada dari Rea Madrid seperti Raul, Casillas, Ramos, dan Arbeloa, membawa Spanyol ke puncak kejayaan sepakbola dunia, seperti Piala Eropa 2008 dan 2012, serta Piala Dunia 2010.
Namun tak begitu keadaan yang menimpa perekonomian Spanyol. Krisis global tahun 2008 memulai kejatuhan perekonomian Spanyol. Ditambah lagi dengan krisis yang hampir menenggelamkan Yunani. Peringkat hutang mereka berulang kali diturunkan. Dari yang berada pada posisi puncak layak investasi, hingga kemarin malam ketika peringkat hutang mereka diturunkan hingga ke level BBB-, hanya satu level sebelum peringkat hutang mereka disamakan dengan junk bond alias obligasi sampah.
Sebagai informasi tambahan, peringkat hutang negara, adalah sebuah pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga ekonomi atau perusahaan penyedia data keuangan pada level internasional. Lembaga itu seperti Fitch dan Standard and Poors. SnP juga melakukan pemeringkatan kepada Indonesia, berita baiknya adalah Indonesia kini sudah masuk peringkat hutang layak investasi. Layak Investasi dapat diterjemahkan sebagai kondisi perekonomian yang baik, negara dianggap mampu memberikan hasil imbal yang jelas terhadap investor yang menanamkan modalnya di obligasi negara tersebut. Rating ini biasanya dimulai dari rating BBB ke atas. Sementara surat hutang negara dengan level junk bond, dapat diterjemahkan bahwa negara dianggap memberikan kemungkinan yang sangat kecil untuk bisa memenuhi kewajibannya terhadap investor. Ini memberikan sinyalemen bahwa perekonomian di negara tersebut sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.
Selain sinyalemen berupa ketidak percayaan terhadap perekonomian sebuah negara, downgrading credit rating ini juga bisa memberikan efek yang buruk terhadap investasi asing ke pihak swasta Spanyol. Ada kemungkinan investor akan menarik modalnya keluar dari Spanyol dan memindahkannya ke tempat lain yang bisa memberikan jaminan imbal hasil yang lebih baik dan tentunya lebih aman. Ini sebuah kerugian besar buat Spanyol maupun negara lain yang sedang dalam permasalahan yang sama. Penarikan modal asing dapat memberikan efek domino terhadap sektor-sektor lain Spanyol. Perusahaan domestik bisa kekurangan modal, kehilangan konsumen, dan lebih parah lagi, kebangkrutan.
Spanyol sendiri tentunya tidak bisa secara leluasa mengeluarkan kebijakan untuk menangani permasalahan ini, lantaran Spanyol telah tergabung ke dalam Uni Eropa. Spanyol tidak bisa melakukan pencetakan uang sesuai keinginan mereka karena mereka telah menggunakan Euro sebagai mata uang internasional dan domestik. Yang artinya, setiap gerak-gerik Spanyol bisa saja mempengaruhi perekonomian Uni Eropa secara lebih luas. Hal ini seperti terjadi pada krisis ekonomi Yunani dimana Jerman ikut terseret ke dalam permaslahan tersebut lantaran begitu banyak aset yang ditanam Jerman di Yunani. Itulah mengapa Uni Eropa tampaknya sangat berhati-hati dalam menyelesaikan permasalahan perekonomian Spanyol. Salah melangkah, Portugal, Prancis, dan beberapa negara tetangganya bisa masuk dalam daftar negara dalam keadaan krisis :(
Penurunan yield obligasi Spanyol dari 7.75% di bulan Juli hingga ke angka 5.8% bulan ini bukanlah sebagai indikasi bahwa perekonomian Spanyol membaik. Jika teori investasi menyatakan semakin tinggi return, maka semakin tinggi pula risikonya, dan sebaliknya, semakin rendah returnnya, maka semakin kecil risikonya, maka sebenarnya yang dilakukan Spanyol adalah di luar teori praktis selama ini. Penurunan yield tersebut lebih didasarkan sebagai penghematan negara, sebagaimana sedang digalakkan di berbagai sektor. Jika anda sempat membaca berita sepakbola, pasti mendengar kalau penyerang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, meminta kenaikan gaji hingga 6.1 miliar rupiah. Ini tentu bukan angka yang kecil, namun jika kita tahu bahwa ada kenaikan pajak hingga ke level di atas 50% dari total pendapatan, maka anda akan mengerti mengapa kemudian pemain meminta kenaikan gaji.
Keadaan yang menimpa Spanyol ini diperparah lagi dengan krisis politik dalam negeri. Cataluna, provinsi dimana Barcelona berkandang, meminta pemisahan dari negara kerajaan Spanyol. Begitu juga dengan Basque, kota tempat markas Athletic Bilbao. Dan juga beberapa daerah lain, tak lupa Granada, kota yang dulu terkenal lewat kejayaan Islam dan Universitas Cordoba.
Jika saja krisis ekonomi ini semakin parah, maka tampaknya posisi Spanyol sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke sembilan dunia, akan harus segera bersiap-siap digeser oleh negara lain. Indonesia mungkin :)
0 tanggapan:
Post a Comment