17 SKS
Semester Tua. Itulah judul komik hidup saya semester ini. Tanpa beralaskan sandal, bertutupkan pakaian, hanya bersandarkan pada keyakinan *tsaaah.
Pertama kali saya menginjakkan kaki di fakultaas itu untuk shalat dzuhur selepas wawancara penerimaan mahasiswa baru di Gedung Pusat UGM, hingga kini bertahtakan gelar mahasiswa tahun ketiga. Sungguh sebuah perjalanan yang tanpa pemberhentian.
Namun dari kesekian duka dan derita menjadi mahasiswa *menjelang* tingkat akhir, yang paling terasa adalah menurunnya jumlah SKS wajib yang harus diambil. Jika pada semester awal semua mahasiswa berbondong-bondong mengambil sebanyak mungkin SKS, maka para mahasiswa tua, mulai “sedikit” agak santai dengan jumlah SKS mereka.
Semisal saya, jika dibuatkan sebuah urutan, dapat dilihat seperti ini:
Semester 1 = 24 SKS
Semester 2 = 23 SKS
Semester 3 = 24 SKS
Semester 4 = 24 SKS
Semester 5 = 23 SKS
Maka di Semester 6 ini hanya ada 17 SKS.
Ada sebuah kejomplangan dalam pengambilan SKS dari semester 5 ke semester 6. Inilah yang oleh teman saya, Leonardus Riyan Krissandaru, disebutnya sebagai sebuah SINDROM AWAL KULIAH. Sindrom ini adalah sejenis kekagetan yang muncul akibat jumlah SKS yang diambil mahasiswa menurun sesuai dengan semakin tua mahasiswa berkuliah. Leo benar adanya. Saya kaget.
17 SKS menjadi sebuah kenyataan lantaran secara kurikulum rencana kuliah yang telah saya buat di awal masa kuliah, patah batangnya. Jika melihat buku panduan akademik dari UGM yang dibagikan pada semester ganjil 2009, maka saya bisa ambil 20 SKS semester ini dan lulus semester berikutnya. Hal ini dikarenakan mata kuliah bernama “Metode Penelitian Bisnis” dan “Seminar Keuangan” adalah mata kuliah terpisah dan tidak saling bersyarat.
Celakanya adalah,
Pada kurikulum perkuliahan 2010, ntuk sebuah alasan baik yang saya tidak tahu mengapa, maka mata kuliah “Metode Penelitian Bisnis” menjadi prasyarat untuk mengambil “Seminar Keuangan”.
Dan lebih celakanya adalah,
pada semester ganjil tahun kemarin, saya tidak kebagian kursi mata kuliah “Metopen” tersebut lantaran kelas hanya ada satu dan sudah penuh. Well, nasib baik belum berpihak pada saya, hahahaha..
Akibat dari semua itu adalah,
1. Saya tidak akan bisa lulus 3,5 tahun
Pentingkah? Terdengar ambisius. Tapi bagi saya itu adalah sebuah hal yang cukup penting. Mengingat saya ada di FEB UGM dalam sebuah beasiswa dengan kontrak yang mengikat masa kerja. Jika saya lulus lebih cepat, maka rentang kontrak akan lebih pendek, tanpa ada pihak dalam perjanjian yang dirugikan :D
2. Saya tidak akan bisa lulus 3,5 tahun
Ini sih sama seperti yang di atas –,-
Well, mengutip pernyataan dari seorang dosen saya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, “suatu saat lulus 3,5 tahun itu tidak akan diperbolehkan, mereka yang lulus itu belum matang”.
Saya tak tahu matang seperti apa yang dimaksud, apakah matang secara diri, secara pribadi, atau matang secara akademis dan birokrasi *apalah*
Apapun itu, mari kita berjuang dengan jumlah SKS yang tersisa dan jadikan semuanya lebih baik dari hari kemarin!!!!
0 tanggapan:
Post a Comment