Indonesia (Part 2)
Lanjut dari masalah tentang pengkriminalisasian KPK oleh *ehem* pihak-pihak yang tidak diketahui siapa, Masih ada lagi kabar tentang Bank Century. Bank yang terpaksa oleh pemerintah harus di bail-out, diberikan dana bantuan mengingat krisis keuangan bank tersebut.
Dan entah mengapa, bego-nya semua orang yang menentang pem-bail-out-an Bank Century ini keluar. Maafnya ngomong. Saya masih ingat ada sebuah pernyataan pejabat yang menyatakan bahwa sebuah kebijakan tidak dapat dikriminalisasikan. Mengingat sebuah kebijakan adalah sebuah solusi terhadap sebuah masalah, lain urusan jika solusi alternatif yang dibawa kemudian gagal menanggulangi masalah tersebut.
Begini, berdasarkan pemahaman saya, sebuah bank, bisa di bail-out oleh pemerintah, jika, asset yang dimiliki oleh bank tersebut dianggap cukup besar oleh pemerintah, atau pemerintah mengkhawatirkan, jika bank tersebut tidak segera diberi solusi terbaik, akan menimbulkan kepanikan. Seperti yang terjadi pada krisis moneter Asia tahun 97-98, terjadi rush (penarikan dana dari bank secara besar-besaran dan dalam waktu yang berdekatan) akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan seperti bank.
Semua orang mendadak naik ke atas, dari yang punya kapabilitas bicara tentang ekonomi, hingga mereka yang hanya punya gelar anggota DPR. Cuap-cuap sana sini. Yang paling membuat nyengir adalah ketika mereka mempersoalkan dana 600 juta yang kemudian membengkak menjadi 6 miliar. Well, katakanlah itu rahasia pemerintah. Tapi begini, Amerika Serikat mem-bail-out perusahaan di negeri mereka puluhan kali lebih besar dari apa yang kita keluarkan. Non sens sekali untuk memperkarakan seseorang bersalah atau tidak karena prediksinya sedikit miring.
Sebuah kebijakan dalam ekonomi bisa diartikan berspekulasi. Kita bisa tentukan bagaimana metode dan lain sebagainya, tapi kita tak akan tahu dimana jatuhnya. Saya tahu pasti, tim ekonomi bentukan Ibu Sri Mulyani Indrawati dan Pak Boediono, sudah bekerja luar biasa untuk mencegah terjadinya krisis di Indonesia. Dan saya salut untuk beliau berdua.
Kemudian masih ada lagi kasus Gayus Tambunan, yang populernya mengalahkan Arumi bachsin *siapa tuh?*. Masih ada lagi kasus travel cheque untuk pemilihan deputi senior BI Miranda Goeltom, yang sebenarnya seperti main sinetron, menunggu orang lupa. Kemudian masalah penetapan kepala daerah DI Yogyakarta. Belum lagi masalah politisasi Tim Nasional Indonesia dan kasus suap rumah judi PSSI. Kasus penistaan agama, dan penyerangan terhadap Ahmadiyah. Dan lain-lain.
Indonesia oh Indonesia, kapankah kita bisa hidup damai?
Sri Mulyani Indrawati |
Begini, berdasarkan pemahaman saya, sebuah bank, bisa di bail-out oleh pemerintah, jika, asset yang dimiliki oleh bank tersebut dianggap cukup besar oleh pemerintah, atau pemerintah mengkhawatirkan, jika bank tersebut tidak segera diberi solusi terbaik, akan menimbulkan kepanikan. Seperti yang terjadi pada krisis moneter Asia tahun 97-98, terjadi rush (penarikan dana dari bank secara besar-besaran dan dalam waktu yang berdekatan) akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan seperti bank.
Semua orang mendadak naik ke atas, dari yang punya kapabilitas bicara tentang ekonomi, hingga mereka yang hanya punya gelar anggota DPR. Cuap-cuap sana sini. Yang paling membuat nyengir adalah ketika mereka mempersoalkan dana 600 juta yang kemudian membengkak menjadi 6 miliar. Well, katakanlah itu rahasia pemerintah. Tapi begini, Amerika Serikat mem-bail-out perusahaan di negeri mereka puluhan kali lebih besar dari apa yang kita keluarkan. Non sens sekali untuk memperkarakan seseorang bersalah atau tidak karena prediksinya sedikit miring.
Boediono |
Sebuah kebijakan dalam ekonomi bisa diartikan berspekulasi. Kita bisa tentukan bagaimana metode dan lain sebagainya, tapi kita tak akan tahu dimana jatuhnya. Saya tahu pasti, tim ekonomi bentukan Ibu Sri Mulyani Indrawati dan Pak Boediono, sudah bekerja luar biasa untuk mencegah terjadinya krisis di Indonesia. Dan saya salut untuk beliau berdua.
Kemudian masih ada lagi kasus Gayus Tambunan, yang populernya mengalahkan Arumi bachsin *siapa tuh?*. Masih ada lagi kasus travel cheque untuk pemilihan deputi senior BI Miranda Goeltom, yang sebenarnya seperti main sinetron, menunggu orang lupa. Kemudian masalah penetapan kepala daerah DI Yogyakarta. Belum lagi masalah politisasi Tim Nasional Indonesia dan kasus suap rumah judi PSSI. Kasus penistaan agama, dan penyerangan terhadap Ahmadiyah. Dan lain-lain.
Indonesia oh Indonesia, kapankah kita bisa hidup damai?
0 tanggapan:
Post a Comment