the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Saturday, August 31, 2013

Pilihan

Twitter dan berbagai media sosial lainnya telah membuat banyak orang berusaha untuk kelihatan (tampak) bijak. Ngeliat twitter seperti ngeliat buku pendidikan psikologis di perpus kampus psikologi, pastinya. Penuh dengan teorema-teorema yang disarikan dari berbagai pengalaman hidup. Entah pengalaman hidup pribadi, maupun dari sumber-sumber sekunder semacam lagu, film, ataupun pengalaman hidup orang lain. Padahal secara hakikat, nampak bijak sangatlah berbeda dengan menjadi bijak. Nampak artinya ya hanya terlihat, sementara "menjadi" artinya mampu untuk memaknai dan melaksanakan.

Tapi, kita disini bukan untuk berbicara mengenai usaha menjadi bijak. Kita akan berbicara mengenai satu kata yang begitu mempengaruhi hidup seorang manusia. Satu kata dan laku itu adalah "pilihan". Seperti halnya paragraf pengantar di atas, "nampak bijak" dan "menjadi bijak" pun adalah sebuah pilihan dan memiliki implikasi tersendiri bagi kehidupan pemilihnya.

Benar adanya pemaknaan bahwa hidup adalah pilihan. Hidup adalah pilihan orang untuk menjadi seorang baik, jahat, muslim, nasrani, hindu, buddha, berkarir, berpetualang, dan lain sebagainya. Hidup ibarat berbagai persimpangan yang alurnya menentukan perjalanan hidup ini berikutnya. Jika kita memilih untuk A, maka apa yang harus kita lakukan. Dan jika nanti kita memilih B, maka apa yang harus kita lakukan dan nantinya dapatkan.

Namun, adakalanya dalam hidup beberapa orang, jalan yang mereka tempuh bukanlah sebuah pilihan. Seperti misalnya bayi-bayi yang lahir dalam kemiskinan maupun yang lahir dalam kecukupan, kekurangan baik fisik maupun materi, dan lain sebagainya. Ini ibarat sebuah permainan dimana pemain menentukan tingkat kesulitan yang pemain harus hadapi, mulai dari mudah (easy/beginner), menengah (medium), dan sulit (hard). Mereka yang lahir dalam kekurangan tentunya harus bekerja ekstra keras untuk mencapai tujuan mereka, dan bagi yang lahir dalam kecukupan mungkin sedikit lebih mudah dalam menjalani tahapan kehidupan berikutnya.

Akil Baligh adalah istilah dalam dunia Islam mengenai fase kehidupan dimana seseorang mulai menentukan pilihan atas kehidupannya. Istilah ini memang biasa disematkan pada laki-laki, meskipun menurut saya pun perempuan mengalami fase ini. Satu per satu pilihan mesti diambil seseorang berkaitan dengan masa depannya.

Satu hal sederhana, pendidikan misalnya. Beberapa orang bisa memilih ingin sekolah, kuliah, les, dan sebagainya dengan mudah karena memiliki kemampuan finansial. Dan banyak lagi orang yang bahkan tak mampu sekolah karena tak mampu membayar uang sekolah. Pilihan menjadi sedikit untuk orang-orang tersebut. Dan disinilah karakter seseorang akan menentukan baik-buruknya pilihan yang tersedia dan tentunya yang diambil oleh mereka. Banyak orang yang pernah saya temui dalam hidup singkat ini yang menyia-nyiakan kesempatan yang telah mereka pilih, namun banyak juga yang melakukan usaha yang luar biasa atas pilihan mereka.

Belajar, tampak seperti kemauan, namun itu juga adalah pilihan. Apakah hari ini kamu memilih untuk belajar ketimbang pergi bermain? itu adalah pilihan. Apakah kamu akan berusaha keras untuk nilai yang baik disekolah atau lulus dengan nilai secukupnya? itu juga adalah sebuah pilihan. Semua hal menjadi "ceteris paribus" ketika orang mengatakan semua manusia itu sama. Benar. Semua orang mampu untuk berusaha. Namun berusaha juga adalah sebuah pilihan.

Mengulang penjelasan di atas, beberapa orang memiliki banyak pilihan karena kondisi yang mendukung, dan beberapa orang memiliki pilihan yang lebih sedikit juga karena kondisi mereka yang tak mendukung. Persoalannya kini bukan lagi sebanyak apa pilihan yang bisa kita buat, namun bagaimana cara mengoptimalkan pilihan yang telah kita ambil dengan melakukan dengan sebaik-baiknya.

Semisal, jika kita hanya mampu bersekolah di sebuah sekolah kecil, belajarlah lebih keras dan giat untuk jadi yang terbaik, sehingga nantinya memperbanyak opsi yang dapat diambil di tahapan berikutnya. Jika saat ini hanya diterima disebuah perusahaan kecil, apa yang harus kita lakukan? Tentunya memanfaatkan pilihan tersebut dengan sebaik-baiknya. Semisal dengan meningkatkan kompetensi, integritas, dan kemampuan kerja. Pilihan yang lebih baik pasti akan menyusul.

Tidak semua orang lahir sebagai Pangeran Charles, Paris Hilton, ataupun Aburizal Bakrie. Lebih banyak orang lahir sebagai Chairil Tanjung dan Dahlan Iskan. Jumlah pilihan yang tersedia untuk mereka mungkin berbeda. Tapi bukankah itu semua dapat dimaksimalkan?

Kembali lagi, hidup ini adalah soal pilihan dan bagaimana kita memaksimalkan pilihan tersebut

Menjalani hidup adalah sebuah pilihan.

Menjadi seseorang yang punya arti juga adalah pilihan.

Arti hidup pun adalah pilihan.



Apakah pilihan itu baik atau buruk? Itupun sebuah pilihan.

0 tanggapan:

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!
Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan