the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Friday, December 26, 2014

NgajeDOG di Bandung!! (part 1)

Bandung, 19-22 Desember 2014.

Dengan  rahmat Tuhan Yang Maha Esa, izinkan hambaMu yang lemah ini untuk sedikit bercerita mengenai liburan singkat hamba ke kota kekuasaanMu, Tuhan. Bandung.

Yak! Kita mulai dengan sedikit religius ya, berhubung saat ini (atau mungkin setiap akhir tahun) akan banyak para insan religius yang sibuk berdebat mengenai boleh tidaknya ucapan Natal dari seorang Muslim kepada teman mereka yang Nasrani. Yang penting, sebagai seorang yang beragama, harus mampu belajar melihat gambar besar dari sebuah masalah, ga termakan sekedar gambar dari internet yang kita ga tau kebenarannya ya :) Wallahualam bisshawab :) Tapi yaudahlah yaa.. tradisi debat akhir tahun itu akan hilang dengan sendirinya dan kemudian muncul lagi di tanggal-tanggal ini, tahun depan.

Jadi, sebuah liburan dadakan dilakukan dengan persiapan hanya seminggu. Setelah sebuah SMS masuk dari Bos Besar Workshop SGC mengiyakan penggunaan mobilnya untuk liburan ke Lembang. Meski berakhir dengan naik bus sewaan, tak apalah asalkan kaki ini kembali menginjak tanah Bandung setelah sekian lama hanya sekedar numpang lewat :). 19 Desember sore, kami berangkat dari site setelah seharian kerja (dengan hawa liburan pastinya). Semua yang saya perlukan, saya bawa. Kecuali jaket. Yak. Saya lupa bawa jaket. Dengan semua gosip dinginnya Bandung yang sebenarnya bukan lagi sebuah gosip, jaket saya ketinggalan. Kasih senyum aja deh siapa tau nanti di Lembang ada mojang Bandung yang mau minjemin jaket (Alhasil dipinjemin selimut tipis punya Ayu Izzadawarzadawazahadawazzah yang saking tipisnya saya ga tau itu selimut atau kain tutup tudung saji hahaha!)







Untuk sekedar bantu promosi aja ya, kami naik bis sewaan punya Pak Gde, namanya Duta Utama, mottonya Bareka, kepanjangannya Bali Rekan Kita. Saya ga tau itu motto atau slogan, atau cuma sekedar kata-kata, tapi karena drivernya bilang itu mottonya jadi yasudah jadilah itu mottonya. Kenapa kok Bali Rekan Kita? kata drivernya lagi karena mereka jalin kerja sama dengan armada bus-bus asal Bali semacam Puspa Jaya dll. Jadi kesimpulannya, orang Bali ga cuma di Bali aja bisa kelola pariwisata, tapi di Lampung juga bisa, meski bus pariwisata! Cunng Jempol!

Sampai di Lembang, kami langsung sarapan, berhubung perut sudah keroncongan dan jari mulai jaipongan. Kami makan pagi di sebuah restoran transit yang sepertinya memang sudah biasa dikunjungi armada bus ini. Seporsi nasi ayam, tahu susu khas Bandung, sayur sop yang kebanyakan kol, dan kerupuk, segelas teh panas tanpa gula, dan meja makan yang banyak lalatnya. Entah mungkin karena msaih pagi jadi lalat masih pada senam pagi di meja makan kami, ngikut-ngikut program PNS mungkin ya hahaha! Balik ke seporsi makanan tadi, total harga paket Rp 17.000,- Lumayan murah kalo hiburan senam pagi bersama lalat PNS itu diperhitungkan.


Mbak Nanik agaknya masih sibuk menikmati hiburan Lalat PNS jadi agak lupa kameranya dimana. Atau mungkin Mbak Nanik bercita-cita jadi instruktur senam lalat? Kami aminin Mbak!


Destinasi pertama kami adalah Bosscha Observatory (dibaca bosca, ca seperti pada baca). Sebuah kompleks penelitian astronomi yang generasi kami kenal dari sebuah film berjudul Petualangan Sherina, yang kini bibir sensualnya menghiasi iklan kosmetik, Maybelline, Maybe dipake kalo dibeliin. Jalan tanjakan dengan sudut hampir 45` mengawali liburan kami, ada mungkin jarak sekitar satu kilometer sebelum kami sampai di loket masuk Bosscha. Daaaan seperti biasa kelakuan para turis luar kota, foto-foto. Dari pose yang jelas, hingga pose yang ga jelas, yang sebenarnya bisa kami lakukan di tempat lain, tapi kami lakukan di Bosscha. KENAPA HARUS BOSSCHA!! KENAPA KAMI HARUS MENGOTORI BOSSCHA DENGAN KENARSISAN KAMI?? TAMPAR KAMI MAS! TAMPAR KAMI MAS! Tapi tak apalah, kapan lagi kami bisa seperti ini. Hahaha!




Bukti otentik buat anak gw kalo bapaknya udah pernah shooting Petualangan Sherina, eh ke Bosscha!!


Destinasi terakhir sebelum menuju ke penginapan kami di Ciater Spa Resorts, bukan resot sebagaimana selama ini kami ucapkan heee.. adalah ke Tangkuban Perahu. Kalo ga tau ini tempat wisata macam apa, bisa di google terus ke wikipedia ya.. Jadi kesimpulannya ini adalah sebuah wisata alam dimana kita bisa liat kawah dari gunung Tangkuban Perahu, yang guede banget lebih gede dari dua lapangan sepakbola. Coba diukur ndiri kalo ga percaya, saya mah cuma asal njeplak aja :D Dan sekali lagi kami cuma foto-foto disana.. Eh ngga ding, saya minum bandrek susu gelas kecil seharga Rp 7.000,-. Bandreknya udah bentuk bandrek bubuk yang tinggal diseduh air panas aja sama ibu penjualnya, ditambah susu sachet cap Enaak yang sebenarnya lebih enak merk Indomilk. Tapi karena adanya cap Enaak ya udah itu aja, ntar susu merk Indomilknya kalo udah pulang aja hahaha (apasih) :(


Yang dibelakang saya pake baju biru itu namanya Mbak Trini, Purchasing Jakarta, orangnya kecil banget, waktu kenalan, tangannya ga ada setengahnya tangan saya. Gila! Ini saya yang kegedean badan apa gimana hahaha!


Maaf yang kepoto cuma setengah maklum potografer selfie amatir..

Dari sekian banyak toko yang jual souvenir di Tangkuban Perahu, entah ga ada yang menarik hati kali ya. Lagian juga jualannya sweater Nike, Adidas, dkk yang mungkin bukan level KW lagi, tapi level BK, BoKis beneeer.. Malah yang dituju banyak pengunjung itu malahan toiletnya. Toilet yang rusak, tapi masih aja dikencingin sama pengunjung. SAYA ENGGA WOI! Cuma kecium aja baunya dari jarak 500 meter saking baunya. Dari 20an toilet di kawasan ini akhirnya berujung cuma satu aja yang bisa dipake, dan itupun numpang di toilet outbond!! Untung Galing ga kebelakang pohon dan terus satu kakinya ngangkat!! Bayangin untuk kawasan wisata seluas ini, yang dikunjungin bukan cuma turis narsis dari lokal, tapi juga turis narsis dari mancanegara, agaknya miris banget kalo toiletnya rusak semua! Hahahaa, tapi udahlah udah lewat juga :)


Monday, December 8, 2014

I Origins



Anda tahu apa hal yang paling menakutkan bagi manusia dalam 3 tahun terakhir ini? Terutama bagi para manusia yang belum memiliki pasangan? Entah pacar atau istri, yang pasti belum punya kunciannya! Yap! Sabtu Malam a.k.a Malam Minggu yang entah sejak kapan jadi momok yang lebih menakutkan ketimbang hantu legenda Indonesia seperti Kuntilanak, Pocong, ataupun Genderuwo sekalipun. Bukan karena saat Malam Minggu kemudian ada hantu yang lebih menyeramkan dari berbagai spesies setan yang saya sebutkan sebelumnya, melainkan karena di malam itulah mereka harus "menikmati" bully yang kini membudaya. Setidaknya semenjak popularitas Twitter naik sejak 2010.

Maka Malam Minggu pun juga jadi momok buat saya yang kini telah genap 2 tahun (ya lebih sedikit deh) menjomblo. Jika biasanya dulu ada aktivitas menelpon pacar, main ke rumah pacar, sekarang aktivitas tersebut diganti dengan nonton film (sendirian) dan mantengin 9GAG (pun sendirian). Tapi tak apalah, tak jadi masalah. Toh nanti kalo sudah waktunya juga bisa kembali malam mingguan dengan yang jadi dambaan hati.

I Origins, jadi film pilihan saya malam minggu ini. Setelah menenggak semangkok soto buatan Mak Wowok, disambi nonton film ini, cara yang paling tepat untuk menghabiskan malam ini. Setelah sedikit terpotong akibat panggilan mekanik yang mau pasang lampu mobil di rumah bos, malam ini jadi malam saya menganga, pertama kalinya saya menganga-kan mulut saya setelah sebelumnya hanya The Hunt yang mampu membuat saya begini. Haha!!! Cause the story is so original! The affection between the two roles in this movie is so (what) deep and real!

Saya membayangkan sendiri bagaimana awkwardnya bertemu dengan wanita idaman saya di sebuah pesta kostum, kemudian bisa mengobrol dengan dia untuk suatu hal yang katakanlah sangat absurd untuk dibicarakan, berhubungan seks, dan kemudian menghilang begitu saja. At least it is what I Origins told you in the opening of the movie. Ian Gray, seorang ilmuwan biologi molekuler, bertemu dengan seorang wanita yang mampu membuatnya klimaks di luar seks. Susunan iris pada bola mata yang fantastis, unik, dan indah pastinya. Kalau saya pribadi sih pernahnya jatuh cinta ke orang karena lehernya haha! Dan kebetulan baru saja ia resmi dilamar pria lain kemarin siang! (I felt love to her so long ago, so, hope you are not misreading what i meant, thanks:) what a weekend i had yak!!!

Di salah satu adegan ketika Ian Gray berbicara kepada rekannya di kamar apartemennya dan bilang,"Lu pernah ga ngalamin ketika hati lu diisi oleh seseorang secara tiba-tiba, dan ketika dia pergi, hati lu serasa painfully vacant (kosong dan sangat sakit)?"! Saya kagum bukan karena itu adalah curahan hati seorang lelaki yang patah hati, melainkan karena itu adalah bahasa puitis yang diucapkan oleh seorang P.hD biologi molekuler!!!

When Ian finally found Lisa, I admire how they share their love when they sit together in the train, no words, only four pairing eyes. How they listen to the songs together when they walked in the halt. Like this moment was the moment of their (and my) life. When they touched their eyes, when they planned their wedding (instantaneously), when they had sex (of course), when Gray accidentally sprayed with formal dehyde and many more!


Tapi hal yang paling bikin saya menganga nonton film ini adalah ketika Lisa benar-benar harus meninggalkan Ian dengan cara yang paling ga bisa untuk, bahkan saya, terima. The harshest way nature can do to people's love.

And I will not tell a full story here, I will let you watch I Origins by yourself and let yourself decide. Is it a good one, or is it just me who too soft on these matters :) 

Have a good day everyone!!






I like you, that's all.

If I couldn't spend a longer time with you, it is my risk to bear..

Not yours to sorry..

Saturday, December 6, 2014

The Whitneyest Love of All

"I decided long ago, never to walk in anyone's shadows. If I fail, if I succeed, at least I'll live as I believe. No matter what they take from me, they can't take away my dignity.

Because the greatest love of all, is happening to me. I found the greatest love of all, inside of me.

The greatest love of all is easy to achieve. Learning to love yourself, It is the greatest love of all"

Sebait reffrain dari lagu milik Whitney Houston, The Greatest Love of All, jadi satu lagu yang kuputar siang ini sepulang kerja. Kuputar berulang-ulang karena memang butuh waktu lama untuk dapat memahami maksud dari sebuah lagu kualitas bintang lima macam lagu ini. Whitney, penyanyi legendaris Amrik yang kini telah tiada, meninggalkan warisan tak ternilai artinya bagi dunia. Satu dari sekian banyak ras kulit hitam Afro American yang sukses menggali potensi terbaik diri menjadi yang terbaik di bidang yang dia sukai.

Itulah yang dimaksudkan oleh Malcolm X pesankan dalam pidatonya yang begitu "mengesankan". That I have a dream, and I'm going to achieve it no matter what. Bagaimana mimpimu harus bisa kamu perjuangkan hingga kamu dapat menggapai dan mewujudkannya. Bagaimana sebuah imajinasi sederhana menjadi sebuah karya insan manusia yang, at least, akan sangat berarti buat kita. Dan apakah mimpi itu hanya akan menjadi imaji, ilusi, atau sebuah catatan sejarah yang akan selalu kita kenang hingga kita berpisah di ujung dunia nanti.

Kembali pada pembahasan mengenai seorang Whitney, mengenai sebait reffrain lagu di atas. Whitney (dan penulis lagu tersebut tentunya), menyuratkan pesan bahwa cinta terbesar yang pertama bukanlah datang dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri (at least, itu yang tertulis dalam bait lagu tersebut). Bahwa harus ada kesadaran dari pribadi untuk kita mencintai diri kita sendiri sebelum menyatakan kecintaan terbesar pada orang lain, tanpa meminggirkan kecintaan kita pada Tuhan kita lho ya :)

Apa yang dimaksudkan oleh lagu tersebut bukanlah trend masa kini, narsisme. Bukan mencintai diri kita sendiri lalu lantas merendahkan hubungan dengan orang lain, ataupun meniadakan kepentingan orang lain di atas kecintaan kita pada diri sendiri. The Greatest Love of All, dalam bahasa saya, menginginkan dirimu untuk mencintai dirimu dulu, memahami bagaimana menjaga dirimu, menyanyangi dirimu, atau dalam bahasa Islami, tidak mendzalimi dirimu sendiri. Take a look around in your circles, betapa banyak orang yang "gagal" mencintai dirinya sendiri, sehingga terperosok ke dalam kelamnya dunia. A metaphor i meant. Lihat bagaimana orang-orang menyakiti diri mereka sendiri dengan mementingkan dunia saat ini dan meninggalkan apa yang seharusnya bisa ia dapatkan di masa depan.

Bagaimana orang meninggalkan dunia pendidikan demi kesenangan sesaat di masa remaja..
Bagaimana orang memutuskan untuk menghisap terlalu banyak nikotin dan melupakan umur yang semakin terkikis..
Bagaimana orang bisa menghancurkan hutan dan melupakan bagaimana ia bisa hidup di tahun-tahun berikutnya..
Dan bagaimana orang rela berkorban segalanya demi orang yang ia cintai dan melupakan bahwa ialah yang menderita atas perbuatannya sendiri..

Learning to love yourself, is easy to achieve. Asalkan kita sadar bahwa Tuhan menitipkan badan kita untuk sebuah periode singkat yang tak akan pernah bisa kita putar ulang. Waktu. Dan ketika kita mencintai diri kita sendiri (terlebih dahulu) kita akan jaga dia (raga dan hati kita) sebaik-baiknya kita mampu. Untuk mampu memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan tanpa pernah lupa mengucap syukur. Untuk terus berjuang demi kemajuan diri memantapkan kemampuan demi masa depan yang lebih baik.

Then, after you finally love yourself in the right way, you are going to love people in the right way too :)





Sayangnya, Whitney pun gagal menerapkan cinta pada diri sendiri ini ketika dia beranjak tua. Rasa frustasi yang datang berulang akibat pernikahan yang gagal dan konsumsi obat-obatan terlarang menjadi antonim terbaik bagi The Greatest Love of All.






*in memorial of the greatest female singer in the world, wish you find your truly love there, Whitney. Muchas gracias, Mama :)

Sunday, July 13, 2014

Sak Ndilik Seko Njendelo

Hari ini bawa banyak peralatan bersih-bersih ke kamar kerja. Begitu banyak sarang laba-laba, tawon, dan serangga kecil lainnya menghiasi blog ini. Sudah lewat tiga bulan blog ini tak terjamah. Andaikan itu pacar saya, mungkin saya sudah kena pasal nyuekin terlalu lama dan wajib di-talak lima belas. Untunglah blog ini bukan pacar saya, karena dia lebih dari pacar saya, dia adalah saya. Dan untung juga saya belum punya pacar, jadi tak ada yang mendaulat saya dengan pasal nyuekin dan talak limabelas.

Semenjak April hingga Juli adalah bulan-bulan pesta demokrasi di Indonesia. Mulai dari Pemilu Legislatif hingga Pemilihan Presiden. Ditambah dengan Pemilihan Gubernur bagi yang tinggal di Propinsi Lampung. Beberapa hasilnya sudah dengan sangat mudah ditebak, PDIP yang didukung massa terbanyak dan figur terkenal macam Jokowi dan Rismaharini memenangkan Pemilu Legislatif kali ini. Meski bagi yang perduli, pemenang Pemilu kali ini tetaplah Golongan Putih, alias Golput, mereka yang tak memberikan suaranya ke TPS-TPS terdekat. Sementara di Pemilihan Presiden, meski baru akan resmi diumumkan KPU tanggal 22 Juli nanti, Joko Widodo dan timsesnya telah mendeklarasikan diri sebagai Presiden terpilih berdasarkan Quick Count yang dilakukan oleh 10 lebih lembaga survey.

Sama halnya dengan Prabowo, meski less-aggressive dibandingkan dengan kubu Jokowi, juga mendeklarasikan hal yang sama dengan dukungan dari 4 lembaga survey. Yang, maaf, sedikit diragukan kredibilitasnya. Tanpa mengagung-agungkan Jokowi, saya rasa jika tak ada konspirasi bodoh para politikus, Jokowi telah resmi jadi pemenang. Dibelakangnya ada Megawati, Hendropriyono, Surya Paloh, Anies Baswedan, dan lain sebagainya yang sama saja juga dipertanyakan integritasnya terhadap negara. Whatever.

Sementara, M. Ridho Fichardo resmi menjadi Gubernur Lampung Terpilih, sekaligus sebagai pejabat gubernur terpilih termuda di Indonesia, terpilih pada usia 33 tahun. Bang Ridho menang telak di banyak kabupaten di Lampung, mengalahkan saingan-saingannya. Meski diwarnai intrik dan protes disana-sini, toh Ridho tetap melenggang maju sebagai gubernur hasil demokrasi pemerintahan kita.



Meski, dalam lubuk hati kita yang paling dalam, kita tahu bahwa, politik adalah kubangan tai.

Sementara bagi masyarakat internasional, Juni-Juli 2014 adalah bulannya World Cup. Jika Harry Potter punya Quidditch maka inilah gelaran pesta sepakbola terbesar di dunia, dihelat di negara yang sedang bersedih karena kemiskinan, dan berbagai penderitaan masyarakatnya, Brazil. Toh nyatanya gelaran ini tetap adem-ayem saja dilaksanakan. Toh masyarakat Brazil bisa sedikit terhibur dengan sepakbola negara mereka, meski kemudian mereka gagal juara setelah dihantam Jerman 7-1 di semifinal. Kerusuhan yang selama ini dikhawatirkan melanda berhasil diminimalisir. Bahkan kerusuhan yang paling terdengar beritanya justru dilakukan oleh suporter negara lain. Salut Brazil!



Majunya Jerman ke final juga menghancurkan "harapan" FIFA untuk mewujudkan final Argentina vs Brazil. Meski tak pernah ada wacana langsung mengenai hal ini, gelagat FIFA telah jauh tercium sejak pertandingan penyisihan. Selain itu, munculnya nama James Rodriguez, Cuadrado, Daley Blind, Daaryl Janmaat, Jasper Cilessen, Ochoa, dan "kegemilangan" Fred menjadi warna unik bagi perhelatan akbar 4 tahunan ini :)

Diantara hiruk pikuk kata-kata kasar dari fanboy kedua kubu capres, Piala Dunia menjadi hiburan yang luar biasa bagi kami, penggemar bola.

Entah mereka saya tak pernah merasa pantas untuk memberikan komentar mengenai Gaza dan Israel. Mau dibawa ke ranah agama, ataupun ranah demografis, belum cukup rasanya pengetahuan saya untuk berbicara apalagi berkomentar mengenai Gaza dan Israel. Bahwa keduanya telah sama-sama berperang untuk waktu yang lama dan seperti ada pembiaran dari dunia internasional termasuk PBB adalah fakta umum yang semua telah kita ketahui.

Oiya bulan Juni ini saya resmi menyelesaikan pelatihan dan telah ditempatkan di perusahaan. Kebetulan saya menjadi pegawai yang mengurusi unit-unit kerja yang telah rongsok atau terlalu mahal untuk diperbaiki, seperti traktor, tronton, ataupun alat-alat berat. Yah jika terlalu kasar untuk menyatakan sebagai petugas rongsok maka saya menyebut jabatan saya sebagai "special asset manager" hahahaha!!

Well, apapun yang terjadi di beberapa bulan belakangan, mari bersyukur pada Tuhan, kita masih dipertemukan dengan Ramadhan tahun ini, semoga kita mampu menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya. Aamiin :). Salam..


Saturday, March 1, 2014

Teruntuk Kalian yang Menutup Mata dan Berhenti Mendengar

Filosofis bijak berkata manusia punya dua mata, dua telinga, dan hanya satu mulut, tak lain agar mereka lebih banyak mengobservasi ketimbang memberikan komentar. Namun, nyatanya bukanlah hal yang gampang untuk menguasai kemampuan mengobservasi dan terutama menganalisis sesuatu. Proses analisis baik observasi maupun mencerna berbagai informasi dan merangkumnya ke dalam sebuah kesimpulan merupakan sebuah set of skill yang nyatanya tak dimiliki kebanyakan orang. Lebih mudah untuk terjun ke dalam sebuah kesimpulan dengan “praduga” yang dianggap sebagai sebuah kebenaran. Lebih gampang lagi, asal bicara.

 

Untitled

Satu pelajaran penting dari dosen saya, Pak Bayu Sutikno. Dia pernah mengibaratkan seperti ini (atau anggaplah mirip seperti ini), ada sebuah situasi, seorang pedagang makanan kaki lima di China menggoreng seekor ikan yang masih hidup di minyak panas. Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah yang dilakukan pedagang itu beretika? berperi-kemanusiaan? Atau bagaimana menurut pendapat kalian?

Mungkin karena rerata mahasiswa yang bau kencur (well, ini mata kuliah semester 3) maka besar kemungkinan seketika akan ada yang menjawab : “itu ga beretika, masak binatang masi idup udah di goreng aja langsung! Mestinya kan di matiin dulu, dibetetin, dicuci, terus dibumbuin pake ini itu baru digoreng pake tepung ato pake apa. Kan kasian ikannya :*…”

 

Inilah yang namanya njeplak, dan nuduh.

 

Jawaban paling bijak yang diberikan Pak Bayu cukup sederhana. Kurang lebih ya seperti inilah “ Saya tau kalian masih muda, masih membara, masih berapi-api, tapi untuk dapat melihat sebuah permasalahan sosial, ekonomi misalnya, tidaklah dapat kalian lihat dengan sekilas. Mungkin, secara peri kemanusiaan, atau peri kehewanan, apa yang dilakukan pedagang itu tidak beretika. Tapi, apakah itu berlaku di tempat dia melakukannya? Di China? Lalu apakah dia melakukannya karena dia kejam? tidak berperi kasian terhadap si ikan? Ataukah mungkin di balik tenda ia berjualan ada tiga anak usia sekolah yang harus ia biayai agar suatu saat mereka tak harus bekerja seperti orangtuanya? Atau mungkin ia dijerat hutang yang ia harus segera bayar atau mereka akan diusir dari rumah sewanya karena gagal membayar sewa? Ataukah itu hanya sekedar masakan tradisional China yang menurut mereka baik untuk kesehatan? Inilah yang selalu Saya sebut sebagai sebuah gambaran besar, A Big Picture. Sebuah gambar dalam bingkai kecil mungkin hanya bagian kecil dari sebuah bingkai besar yang tak semua orang mampu lihat.”

 

Kita memang tidak sedang membicarakan mengenai etika bisnis. Namun, yang dikatakan oleh dosen saya di atas, adalah proses observasi dan pencernaan informasi menuju sebuah kesimpulan. Yang tadi saya katakan sebagai set of skills yang susah untuk orang kuasai. Bukan susah, tapi malas. Kembali, lebih mudah untuk njeplak ketimbang untuk berpikir. Kemalasan kita untuk mencari informasi menambah kriteria mengapa kita lebih mudah terjatuh pada ke”njeplakan” dan “ke”nuduhan”. Mata kita berfungsi, telinga kita berfungsi, tapi tak sinkron dengan prosedur yang harus otak jalani dan kita lebih memilih mulut untuk berbicara. And that will result on conflict.

 

Situasi di atas misalnya, yang diutarakan oleh dosen saya, menggambarkan ketidakmampuan mahasiswa saat itu untuk memproses masalah sosial dengan lebih luas. Pandangan yang sempit akan menghasilkan kesimpulan yang buruk, dan berujung pada keputusan yang salah. Sementara jawaban dosen saya menggambarkan bahwa ada banyak informasi yang berputar, yang mungkin belum terkelola (diketahui) oleh mahasiswa, yang mungkin informasi itu lebih penting untuk diketahui untuk dapat mengambil keputusan yang tepat! That’s it! Itulah caranya dalam permasalahan sosial!

 

le

Pandangan mayoritas?

 

Lalu bagaimana dengan pendapat atau pandangan mayoritas? Informasi mengenai ini juga penting, namun bukan berarti bahwa ini adalah sebuah kebenaran. Misal, apakah stereotype bahwa orang Afro-American adalah orang yang jorok, kotor, dan kriminal? Tetep ga bisa di-generalisasiin kan! nah itulah.. sama berbahayanya! Pandangan kebanyakan teman-teman kita (atau teman-temanmu) bisa saja salah karena hal-hal di atas. Misal, satu teman ga melakukan pencernaan informasi dengan baik, njeplak kesimpulan yang salah, temennya dikasih tau begini-begitu, karena dekat jadi seiya sekata, terus menular-menular dan jadi pandangan mayoritas. Dan seketika sekelompok mayoritas menganggap itu sebagai sebuah kebenaran. Well, that is when you stop seeing and listening the truth. So powerful you just can ignore what happened actually.

 

two

 

Itu juga mengapa orang bijak bilang dengarlah dari dua sisi. Atau kalo di bahasa kriminologi ada two-way investigation. Atau kalo di ekonomi ada double-checking. Anything.

Pengeneralisasian kadang penting dalam penelitian sosial. Penarikan kesimpulan juga pastinya menggunakan teknik generalisasi dimana sebuah kesimpulan berlaku bagi semua objek, ceteris paribus. Namun, kembali kepada pembahasan, pengeneralisasian juga bisa berbahaya, terlebih ketika menjadi pendapat mayoritas. Generalisasi yang salah dan berterima umum? Well, kiamat!

 

So, sebelum kalian mengambil keputusan untuk men-judge orang dari apa yang kalian lihat dan kalian dengar sebagai gossip, curhat, dan isu, better to run a two-way check. Dengarkan dari kedua pihak sebelum mengambil keputusan! Have a good day!

Wednesday, January 22, 2014

On the Other Sides of Life

Tuhan menciptakan banyak hal dalam keadaan berpasang-pasangan. Gelap-terang, panas-dingin, lelaki-perempuan, siang-malam, neraka-surga, dan banyak lagi lainnya yang mungkin langsung berkelebat di pikiran kita. Kemarin siang, sebuah posting yang teramat panjang di 9GAG begitu menarik perhatian saya. Postingnya memang hanya kumpulan gambar ber-caption, tapi makna yang begitu dalam membuat saya merasa kurang kalau tak di re-post untuk disebarluaskan lewat blog ini. Dan tak jauh pula dari pendahuluan saya, soal berpasangan. Dimana ada sebuah pertengkaran, keributan, kekacauan, akan selalu ada kesempatan untuk sebuah perdamaian :)

It's going to be a long article, but be patient and don't you cry after seeing the picture. But you may. Cry.

 Foto ini mengingatkan saya pada lagu 100 Years milik musisi Five For Fighting. We don't have that much time just to hold ourself and wait for better things to come. But rushing by rioting the demonstration is not the only way. How about this peace of demonstration? Are you going to throw a molotov during the play? Hope you won't.
 
 Riot officer (polisi anti huru-hara). Bahwa unjuk rasa dan demonstrasi ataupun apapun namanya itu, tak harus melulu dengan lempar batu, bakar ban, blokir jalan, ataupun berkonfrontasi dengan pihak keamanan. Bukankah saling menjaga akan lebih menguntungkan bagi protester juga?

 One of my favourite! Polisi juga manusia! Bisa lapar dan bisa haus! Kalau harus meladeni emosi para pengunjuk rasa dalam keadaan lapar dan haus, wah bisa-bisa emosi bertabrakan dengan emosi, tumpah darah jadinya. Nah inilah si Bapak kemudian membagi-bagikan makanan pada polisi sebagai pencair suasana! Luar biasa!

 One of the best picture! Mestinya jadi nominasi Pulitzer nih foto! Apakah itu ibunya atau bukan, kitorang semua basaudara :D

 Kalau yang ini mungkin udah sering di berita, ketika konflik Mesir, saudara Kristen melindungi saudara Muslim saat melaksanakan ibadah shalat. Luar biasa. Terlepas dari konflik yang ada, semoga kerukunan ini bisa menjadi contoh yang tepat bagi masyarakat lain, terutama di Indonesia, yang dalam satu agama saja bisa bertumpah darah.

 Angle pengambilan gambar ini....excellent! Bahkan dipisahkan oleh kawat berduri, perdamaian masih tetap bisa diusahakan!

 Sehabis berunjuk rasa, pasti ada sampah dan kotor-brongkos dimana-mana, setelah itu para pengunjuk rasa sukarela ngebersihin "hasil sisa pekerjaannya". Ga seperti di negeri ini, habis shalat Ied saja berantakannya seperti apa, apalagi pas unjuk rasa, yang sampai menggunakan kekerasan. Duh Gusti!

 Selama masih menyebut diri kita manusia, bagaimana tanggapan kalian setelah melihat foto ini?

 Well, i'm going to cry too if that's me.

 Penting untuk kita menanamkan rasa cinta damai ke anak-anak kita mulai dari mereka kecil. Jikalau mereka dibiasakan dengan kekerasan, maka rasanya hidupnya pun tak akan jauh-jauh dari situ :D

 "we are all the same, human in all are things and all are ways.."

 Dikasi air! little things from little girl that makes big different meaning :D

 "handling people is harder than handling tons of cargo full of wheat. you make one mistake, situation can change instantly". No need to use violence, its just.. peace.

 Ku Klux Klan sudah menanamkan kebencian akan ras kulit hitam sejak anak-anak. Tapi apa iya anak sekecil itu sudah paham apa itu "kebencian"?

Again, we don't need violence to handle everything, just be calm and think straight :)

 This picture sums up everything :)

Kembali pada teman-teman untuk percaya atau tidak, selalu ada jalan untuk mencapai perdamaian. Perdamaian tak dicapai dengan kekerasan, tapi dengan kesadaran dan kerendahan hati :) Wallahualam bisshawab..

I AM BACK, SIR!

Hey! It is almost MANY MANY MONTHS since i wrote my last article! So, how are you, dear bloggers, up in the end of the world?? Well, we are sorry that we never write a new article during those times, since we were involved in some programs directed by our companies. First one called school service, and the other ones is called Diksarmil (Pendidikan Dasar Militer/Basic Military Education). Now, we are involved in another program called as Benchwork, but this time we can steal some times to update this old school blog! Yihaaa!

There are many things that shocked me a lot after coming back from Diksarmil. We can't use any electronical devices, so our interactions with "the outside world" are so minimum. First one is the death of Nelson Mandela, Paul Walker, and Richard Griffith. We all know Nelson Mandela as a great father, fighter, and humanist who struggle a lot during apartheid times in South Africa. Paul Walker is one of the main actor in Fast Furious. What is Fast Furious without Paul Walker? Are we going to watch Vin Diesel with The Rock fighting each other in every sequel. Damn! The last is Richard Griffith, Mr. Dudley's role taker in Harry Potter. The sequence of It has finished but Griffith will always be remembered as Harry's uncle who loves Harry in different way :D

Indonesia is still the same. It's people are still debating over corruption cases, elections, and other unimportant things while on the other sides Sinabung, Manado, and other places are covered with flood, and maybe blood. Our television are still filled with political news and infotainment with "garbage level information". We still can not find any good entertainment there for our children. And we stuck on internet just to get more reliable sources of information. And we come to the reality that internet connection are still too expensive for Indonesian.

Oh yup! This March I'm going to be officially joined Sugar Group Companies as one of their worker. May any voice come and sound that I am going to be a lecturer, instructor, or teacher. Wherever it is, it's God choice for us, and God knows what is best for us, isn't He?

Well, that's what i saw 'til this point of time. Hope that I'm going to find a positive ones near this point :D We hope.



it's always this kind of smile that makes life...wonderful :)

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!
Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan