Menuju Final Liga Champions!
Kompetisi Liga Champions Eropa telah memasuki babak semi final. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Liga Champions musim ini tidak akan mungkin mempertemukan 2 tim dari 1 negara di final. Seperti pernah terjadi ketika tahun 2000, Real Madrid bertemu Valencia, dan beberapa tahun belakangan Manchester United bertemu Chelsea. Tahun ini, Inggris hanya diwakili 1 wakil setelah 2 tim tersisa Chelsea dan MU harus bentrok di babak perempat-final. Sementara Spanyol dengan Real Madrid dan Barcelona sebagai wakilnya harus saling bunuh di babak semi-final.
Partai semi-final pertama telah berlangsug tadi malam, dimana Schalke 04 menjamu Manchester United di Gelsenkirchen Stadium. Pertandingan berakhir dengan kemenangan MU dengan skor 2-0. Gol dicetak oleh Ryan Giggs dan Wayne Rooney. Pertemuan kedua akan dilaksanakan di Old Trafford, Manchester, 1 minggu lagi.
Partai semi final lainnya akan baru berlangsung dini hari nanti. Mempertemukan Real Madrid dan Barcelona di Santiago Bernabeu, kandang Madrid. Sebelum ini, Madrid dan Barca telah 3 kali bertemu. Pertemuan pertama di Camp Nou, Madrid dihajar 5 gol tanpa balas oleh Barca. Pertemuan kedua di Bernabeu, Barca berhasil ditahan imbang 1-1. Dan pertemuan ketiga terjadii di ajang Copa Del Rey di babak final. Kala itu madrid berhasil menang dengan skor 1-0 lewat gol yang dicetak Cristiano Ronaldo.
Sedikit membahas tentang tren hasil tanding kedua tim, Ada dua hal yang bisa setidaknya kita bahas. Pertama, apakah kekalahan Barcelona dalam pertemuan terakhir dengan Real Madrid menandakan penurunan performa Barcelona? Ataukah ini menandakan kemajuan dari Real Madrid sendiri?
Jika ini terkait dengan penurunan performa Barcelona, tampaknya tidak terlalu meyakinkan. Mengingat mereka tampil begitu baik di La Liga. Saya menduga, kekalahan ini lebih disebabkan karena faktor rotasi yang minim dilakukan pelatih Barcelona, Pep Guardiola. Pemain senior Barca hingga akhir pendaftaran musim ini hanya berjumlah 19 orang. 11 Pemain inti dan 8 pemain cadangan. Jika semua pemain dalam kondisi fit, maka tidak akan menjadi masalah. Jika ada pemain yang cidera? Saya rasa jumlah 8 pemain cadangan terhitung kurang untuk bisa melapis tim inti di padatnya kompetisi yang diikuti Barcelona.
Kemudian, dari permainan barca belakangan, saya melihat bahwa cideranya Puyol membuat Mascherano dan Busquets harus bergerak swap (bertukar posisi) untuk mengisi kekosongan. Ini mengakibatkan lini tengah Barca jelas hanya ditopang Xavi, Iniesta dan Messi. Di Final kemarin bahkan Xavi sangat kewalahan mengalirkan bola. Beruntuung Messi mengambil inisiatif untuk ber-solo run membantu tugas Xavi. Tapi itu tidak cukup. Pola serangan merekapun baru dapat aktif di babak kedua. Di babak pertama jelas sekali permainan mereka berhasil dipatahkan Madrid.
Madrid tidak tampil terbuka. Ini mungkin keluhan yang diutarakan fans Madrid. Yap! Madrid bukan tim yang bermain dengan strategi bertahan. Madrid bermain dengan terbuka. Fabio Capello yang pernah menerapkan strategi bertahan di Real Madrid, meski mampu menjadi juara La Liga, akhirnya dipecat di akhir musim. Bukan karena pekerjaan yang tidak memuaskan, tapi karena Real Madrid tidak ingin menerapkan citra permainan bertahan. Real Madrid adalah tim Spanyol bukan tim Italia.
Inilah yang juga saya khawatirkan ketika Florentino Perez mendatangkan Mourinho menggantikan Pellegrini. Strategi bermainnya di Inter Milan membuat saya kurang menyukai Mou. Saya tidak suka caranya menempatkan begitu banyak pemain di belakang dan melakukan serangan balik ketika lawan sibuk menyerang.
Untunglah kekhawatiran saya terjawab. Mourinho tidak menerapkan strategi bertahan. Madrid bermain menyerang sepanjang musim. Bahkan mengetahui kekuatan Barca pun dihadapi dengan strategi terbuka. Meski akhirnya kalah telak, fans Madrid benar-benar menikmati musim ini, tanpa harus takut label sepakbola pragmatis menempel di Real Madrid.
Penempatan 3 defensive midfielder, memang merupakan strategi bertahan. Tapi secara objektif, inilah yang dibutuhkan Real Madrid untuk menghadapi Barcelona. Dengan 1 defensive midfielder, 1 central dan 2 wing, Madrid dihajar 5 gol. Dengan 3 DM, Madrid berhasil mengimbangi permainan mereka dan akhirnya menang di pertemuan berikutnya. Sekali lagi, Mou memang jenius.
Harapan saya adalah agar Madrid tidak terus bermain dengan 3 DM. Ini bukan Madrid. Tapi jika itu dibutuhkan untuk menghadapi Barcelona, mengapa tidak?
Xavi bilang, "Copa Del Rey tidak penting." diutarakan setelah kalah dari Real Madrid.
Xavi bilang, "Copa Del Rey adalah segalanya di Spanyol." diutarakan jika menang dari Real Madrid.
Partai semi-final pertama telah berlangsug tadi malam, dimana Schalke 04 menjamu Manchester United di Gelsenkirchen Stadium. Pertandingan berakhir dengan kemenangan MU dengan skor 2-0. Gol dicetak oleh Ryan Giggs dan Wayne Rooney. Pertemuan kedua akan dilaksanakan di Old Trafford, Manchester, 1 minggu lagi.
Partai semi final lainnya akan baru berlangsung dini hari nanti. Mempertemukan Real Madrid dan Barcelona di Santiago Bernabeu, kandang Madrid. Sebelum ini, Madrid dan Barca telah 3 kali bertemu. Pertemuan pertama di Camp Nou, Madrid dihajar 5 gol tanpa balas oleh Barca. Pertemuan kedua di Bernabeu, Barca berhasil ditahan imbang 1-1. Dan pertemuan ketiga terjadii di ajang Copa Del Rey di babak final. Kala itu madrid berhasil menang dengan skor 1-0 lewat gol yang dicetak Cristiano Ronaldo.
Santiago Bernabeu, Madrid |
Sedikit membahas tentang tren hasil tanding kedua tim, Ada dua hal yang bisa setidaknya kita bahas. Pertama, apakah kekalahan Barcelona dalam pertemuan terakhir dengan Real Madrid menandakan penurunan performa Barcelona? Ataukah ini menandakan kemajuan dari Real Madrid sendiri?
Jika ini terkait dengan penurunan performa Barcelona, tampaknya tidak terlalu meyakinkan. Mengingat mereka tampil begitu baik di La Liga. Saya menduga, kekalahan ini lebih disebabkan karena faktor rotasi yang minim dilakukan pelatih Barcelona, Pep Guardiola. Pemain senior Barca hingga akhir pendaftaran musim ini hanya berjumlah 19 orang. 11 Pemain inti dan 8 pemain cadangan. Jika semua pemain dalam kondisi fit, maka tidak akan menjadi masalah. Jika ada pemain yang cidera? Saya rasa jumlah 8 pemain cadangan terhitung kurang untuk bisa melapis tim inti di padatnya kompetisi yang diikuti Barcelona.
Kemudian, dari permainan barca belakangan, saya melihat bahwa cideranya Puyol membuat Mascherano dan Busquets harus bergerak swap (bertukar posisi) untuk mengisi kekosongan. Ini mengakibatkan lini tengah Barca jelas hanya ditopang Xavi, Iniesta dan Messi. Di Final kemarin bahkan Xavi sangat kewalahan mengalirkan bola. Beruntuung Messi mengambil inisiatif untuk ber-solo run membantu tugas Xavi. Tapi itu tidak cukup. Pola serangan merekapun baru dapat aktif di babak kedua. Di babak pertama jelas sekali permainan mereka berhasil dipatahkan Madrid.
Madrid tidak tampil terbuka. Ini mungkin keluhan yang diutarakan fans Madrid. Yap! Madrid bukan tim yang bermain dengan strategi bertahan. Madrid bermain dengan terbuka. Fabio Capello yang pernah menerapkan strategi bertahan di Real Madrid, meski mampu menjadi juara La Liga, akhirnya dipecat di akhir musim. Bukan karena pekerjaan yang tidak memuaskan, tapi karena Real Madrid tidak ingin menerapkan citra permainan bertahan. Real Madrid adalah tim Spanyol bukan tim Italia.
Inilah yang juga saya khawatirkan ketika Florentino Perez mendatangkan Mourinho menggantikan Pellegrini. Strategi bermainnya di Inter Milan membuat saya kurang menyukai Mou. Saya tidak suka caranya menempatkan begitu banyak pemain di belakang dan melakukan serangan balik ketika lawan sibuk menyerang.
Untunglah kekhawatiran saya terjawab. Mourinho tidak menerapkan strategi bertahan. Madrid bermain menyerang sepanjang musim. Bahkan mengetahui kekuatan Barca pun dihadapi dengan strategi terbuka. Meski akhirnya kalah telak, fans Madrid benar-benar menikmati musim ini, tanpa harus takut label sepakbola pragmatis menempel di Real Madrid.
Penempatan 3 defensive midfielder, memang merupakan strategi bertahan. Tapi secara objektif, inilah yang dibutuhkan Real Madrid untuk menghadapi Barcelona. Dengan 1 defensive midfielder, 1 central dan 2 wing, Madrid dihajar 5 gol. Dengan 3 DM, Madrid berhasil mengimbangi permainan mereka dan akhirnya menang di pertemuan berikutnya. Sekali lagi, Mou memang jenius.
Harapan saya adalah agar Madrid tidak terus bermain dengan 3 DM. Ini bukan Madrid. Tapi jika itu dibutuhkan untuk menghadapi Barcelona, mengapa tidak?
Xavi bilang, "Copa Del Rey tidak penting." diutarakan setelah kalah dari Real Madrid.
Xavi bilang, "Copa Del Rey adalah segalanya di Spanyol." diutarakan jika menang dari Real Madrid.
0 tanggapan:
Post a Comment