the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Thursday, February 23, 2012

Wirausaha a.k.a Entrepreneurship

Seorang tokoh Indonesia pernah berkata bahwa apa yang menyebabkan masih banyak orang Indonesia yang hidup dalam lingkup kemiskinan adalah karena mereka tidak bermental wirausaha. Dari sekian banyak penduduk Indonesia, tidak sampai 5% yang hidup dengan berkarir sebagai pengusaha. Lebih banyak yang memilih menjadi pegawai, entah sebagai pegawai negeri, maupun sebagai pegawai swasta.

Dosen saya di FEB UGM, nyata-nyata berkata bahwa dirinya sudah hampir tidak lagi memiliki jiwa wirausaha karena sudah begitu lama bekerja sebagai pegawai negeri. Pola pikir atau mindset dari dirinya sudah tidak lagi terpatri jiwa pengusaha, sudah luntur tak berbekas. Yang ada hanyalah keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya untuk tempat dia bekerja, mendapatkan gaji bulanan, menghidupi keluarga dan lain sebagainya.

Ibu saya juga begitu, kepada kakak saya yang laki-laki, Beliau juga melarang berwirausaha sebelum dia mampu mapan dengan kehidupan keluarganya. Maksud beliau, bekerja sebagai pegawai dulu baru berwirausaha.

www.etftrends.com


Menjadi wirausahawan itu mungkin masih akrab di pikiran orang Indonesia sebagai sebuah langkah mengakrabkan diri dengan risiko. Benar. Bukankah prinsip hidup itu "High Risk, High Return"? Seberapa besar yang akan kamu dapatkan di dunia ini, tergantung bagaimana kamu berhadapan dengan risiko yang akan kamu hadapi. Semakin kita menghindari risiko maka kita akan mendapatkan hal yang kecil-kecil saja, dan sebaliknya.

www.artikelwirausaha.com

Saya pribadi sebenarnya hampir pasti akan menjadi pegawai. Setelah menyelesaikan studi di FEB UGM, akan ada ikatan dinas yang menanti saya di daerah asal. Tak apalah, setidaknya saya masih memegang tujuan mulia para perantau, MEMBANGUN DAERAH ASAL. Bukankah itu semua yang dipesankan oleh para pejabat daerah kepada para siswa yang akan merantau ke pulau Jawa?

BERWIRAUSAHA

Satu tekad mulia jika anda ingin menjadi wirausahawan. Bukan sekedar karena demi menghidupi diri anda sendiri, namun karena anda akan membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain. Logikanya, tidak semua orang akan menjadi wirausahawan, karena pasti akan tetap ada yang menjadi pegawai. Bukankah semua orang diciptakan telah memiliki peranan masing-masing dalam hidupnya?

Lantas apa sih yang diperlukan dari diri kita untuk memperkuat jiwa wirausaha kita?

Pertama, ada kemauan dan ada niat. Semua itu tergantung niat anda. Apakah anda ingin menjadi seorang pegawai atau wirausahawan? Jika ingin menjadi pengusaha, niat anda ingin menjadi pengusaha seperti apa? Pengusaha yang fokus? Atau hanya sekedar mengisi waktu luang? Apakah niat anda menjadikan usaha anda besar atau hanya sekedar cukup menghidupi kebutuhan sehari-hari? You choose.

Kedua, ada kemampuan melihat peluang. Usaha yang anda dirikan tidak perlu melulu merupakan sebuah usaha baru. Saya ambil contoh usaha laundry di Jogjakarta. Jika anda perhatikan, di Jogjakarta terdapat sangat banyak sekali usaha jenis ini. Dari yang sekedar usaha lokal, sampai laundry yang sudah sampai memiliki cabang. Tapi apakah artinya bahwa usaha ini tidak lagi bagus dilirik? belum tentu. astikan anda memperhatikan lokasinya. Bisa saja usaha laundry sudah banyak, namun di sebuah daerah tertentu belum terdapat usaha laundry meski demand cukup tinggi. That's it. Peluang.

www.losetheexcuses.blogspot.com


Atau mungkin apa yang dilakukan oleh Andrew Darwis dengan Kaskusnya, Mooryati Soedibyo dengan usaha tradisional kosmetiknya, ataupun Ciputra yang telah membeli tanah di dekat kompleks The New Adi Sucipto Airport. Dan masih banyak lagi contoh yang lain.

Ketiga, FOKUS. Hal inilah yang sering orang lupakan. Banyak diantara mereka yang tidak fokus terhadap apa yang mereka kerjakan. Semisal, sudah memiliki ide bisnis A, siap dijalankan, begitu jalan buat lagi usaha B, C, D, dan E. Oh Teman, jika bisnis anda belum mapan, dan belum mampu didelegasikan kepada seseorang dalam perusahaan, maka jangan membuyarkan fokus anda. Ini akan mempengaruhi kesuksesan usaha anda.

Keempat, mind the detail. Selalu buat catatan meski itu hal yang bisa dengan mudah anda ingat. Janji-janji pertemuan, transaksi komersial, ataupun saran dan kritik dari teman atau konsumen. Semua detail itu sangat berharga dan memiliki andil yang cukup besar dalam kesuksesan sebuah usaha.

Masih banyak lagi hal-hal yang bisa menentukan kecakapan seorang wirausahawan, teman-teman bisa mencarinya di sumber lain.. Hehehehe.. Saya juga belum menjadi seorang wirausahawan yang sukses kok, jadi menurut saya, tulisan ini juga sekaligus refleksi untuk diri saya sendiri..

Oiya, jika anda kehabisan ide untuk memulai bisnis apa, atau peluang apa yang bisa anda gapai, anda bisa membuka google dan menuliskan keyword "ide bisnis unik" "unique business idea", dll. Nah untuk kemudahan anda, untuk juga menginspirasi anda, anda bisa mengunjungi website www.lowbudgetprosper.com , disana terdapat banyak ide bisnis yang mungkin bisa anda gunakan. Salam..

www.wilderdom.com

Monday, February 20, 2012

The Untold Stories of Rakyat

Coba bayangkan ilustrasi berikut dalam pikiran anda. Anda adalah seorang mahasiswa. Anda masuk dalam organisasi kemahasiswaan yang sering berorasi mengenai kesejahteraan rakyat. Anda melihat siaran televisi yang membandingkan fasilitas untuk Presiden RI dengan rakyat yang hidup di pinggir Sungai Ciliwung. Kemudian seorang teman anda datang membawa sekelumit cerita:

Ada sebuah kisah nyata di sebuah daerah di Sumatra. Cerita ini berawal dari sebuah kasus heboh tentang isu pembantaian yang terjadi di daerah tersebut. Isu pembantaian terjadi setelah terjadi bentrok massal antara warga dengan perusahaan swasta. Kebetulan perusahaan itu menggunakan tanah di daerah tersebut sebagai lahan untuk beroperasi. Waktu berjalan, aksi dilakukan, korban berjatuhan.

Melihat isu tersebut rakyat daerah lain yang merasa terdzalimi pun angkat bicara. Aksi unjuk rasa pun dilakukan di daerah lain. Kali ini isunya mengangkat tanah warisan adat yang dengan sengaja dipakai oleh sebuah perusahaan perkebunan, yang artinya melanggar besaran dalam hak guna usaha perusahaan tersebut. Unjuk rasa pun dilakukan. Aksi pendudukan atas fasilitas perkebunan pun dilakukan, dan mereka tidak akan berhenti sebelum tuntutan mereka dipenuhi.”

3 tahun sudah saya belajar mengenai manajemen bisnis di FEB UGM, dan sebagai mahasiswa yang mengerti etika bisnis, maka sekilas saya akan jatuh pada kesimpulan:

Wuih rese banget nih perusahaan makan tanah orang. Kasian tuh rakyat terdzalimi. Dasar pengusaha maunya profit aja, tapi menyakiti pihak lain.”

Benarkah kesimpulan ini?? Berikut bagian THE UNTOLD STORIES.

Seorang pejabat daerah yang berkuasa menggunakan isu tersebut untuk menggoyah beberapa perusahaan lain. KEBETULAN sekali, tahun depan beliau harus lengser akibat masa jabatannya sudah habis. Kabar burung yang beredar, pemilik perusahaan sudah tidak lagi mendukung pejabat tersebut untuk menjadi pejabat kembali, apalagi jika pejabat tersebut mencalonkan anaknya sebagai penggantinya di posisi tersebut. Biar mudah sebut saja nama pejabat itu M.

M pun menggerakkan massa untuk menggoyah perusahaan. Ribuan orang dikerahkan untuk berdemonstrasi di pintu masuk area perkebunan perusahaan tersebut. Isunya sama seperti isu bertahun-tahun yang lalu. Permintaan pengukuran ulang hak guna usaha atas tanah yang digunakan oleh perusahaan. Kabar yang beredar, satu orang yang berunjuk rasa dibayar Rp 50.000/hari plus konsumsi. Ini jumlah yang lebih banyak ketimbang yang didapatkan rakyat dari bersawah.

Tak tanggung-tanggung tanah yang diklaim oleh pengunjuk rasa seluas 7.000 Ha. Dengan perkalian dan asumsi mudah, jika 1 Ha tanah seharga Rp 50juta, maka total tuntutan yang diinginkan pendemo sebesar Rp 350.000.000.000 (350 milyar). Dengan tambahan biaya pengukuran kotor sebesar 6 milyar, maka kerugian yang akan ditanggung perusahaan tersebut kasarnya sebesar 357 milyar. Jika permasalahan ini bisa dimenangkan pendemo, maka setiap pendemo akan mendapat bagian 2 Ha. Berarti akan ada + 2000 Ha tanah yang akan dibagikan kepada pendemo. Dan 5000 Ha sisanya? Akan dibagikan bagi pejabat dan M. Entah akan sekaya apa orang ini jika “proyek” ini berhasil.

Untuk mencegah permasalahan ini berakhir seperti kejadian terdahulu, polisi pun bergerak cepat. Mereka pun menggerakkan anggotanya sejak awal. Hingga akhirnya pejabat lain yang lebih tinggi kedudukannya pun dimintai bantuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Setelah dijelaskan bahwa pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan telah dilakukan dengan sebenar-benarnya dan disahkan oleh badan pertanahan disertai adanya hitam di atas putih, para pendemo pun pulang dengan tangan hampa. Dan M pun habis sudah.”

Tapi yang saya ingin tunjukkan dalam kisah ini bukanlah mengenai kasus etika bisnisnya, melainkan sebuah kenyataan bahwa saya sedang bertanya, rakyat mana yang sebenarnya harus kita bela sebagai mahasiswa. Apakah rakyat seperti kasus di atas?

Mungkin ini cuma sekedar stereotip, tapi bagi beberapa orang yang mengerti, inilah kenyataannya “mereka yang berdemo itu orang yang tidak mengerti arti berterima kasih. Perusahaan itu sudah mencoba mensejahterakan mereka dengan memberdayakn fasilitas umum seperti sekolah dan urusan kesehatan, bahkan diberikan pekerjaan. Tapi apa yang dilakukan mereka kini sungguh keterlaluan, berantakan”

Banyak diantara mereka yang telah diberikan pekerjaan oleh perusahaan, namun sayang sekali mereka datang hanya untuk absen dan kemudian pulang.

Inikah satu bagian dari rakyat yang harus dibela? Yang datang bagai kebo dicucuk hidungnya dengan imbalan Rp 50.000 per hari + Nasi bungkus dan janji 2 Ha tanah jika berhasil?

Dengan tegas saya akan jawab, TIDAK.

Fair to Say, Covering Both Sides

Apa yang terjadi pada rakyat itu bukanlah total kesalahan mereka. Ini jelas adalah akibat kesalahan dari sistem terdahulu. Bagaimana kekayaan alam mereka diserap dan dibawa ke Ibu Kota, hingga hampir tidak ada lagi yang tersisa di daerahnya. Bayangkan saja, bagaimana sebuah propinsi pelabuhan menduduki peringkat termiskin di pulau tersebut –,-

Pendidikan yang seadanya, membuat mereka berujung pada kemiskinan. Kemiskinan itupun diwariskan pada anaknya sehingga anaknya tak mampu menggapai pendidikan dan berakhir dalam kemiskinan pula. Yang makmur pun ada, tapi makmurnya karena menjual tanah warisan leluhur yang luasnya luar biasa, tapi tetap tanah itu akan habis pada waktunya.

Tapi, tetap saja semua itu seharusnya bisa dipinggirkan sesuai kemajuan zaman, bagaimana anda bisa membantah argumen bahwa kini Gorontalo, Riau dan banyak daerah lain di Indonesia bisa maju sementara propinsi satu ini begini-begini saja. Apakah ini karena sumber daya yang sudah habis diserap Ibu Kota, atau penduduk seperti pendemo di atas yang memang mental pemeras? Tak pernah ada yang bisa pastikan.

Seketika sebuah adegan muncul dalam otak anda, “Seorang wartawan kemudian bertanya pada penghuni pinggiran sungai Ciliwung yang kumuh itu, ‘mengapa Ibu menolak bertransmigrasi?’ jawab Ibu tersebut,’Kami sudah nyaman hidup di sini’.

Bela atau tidak, keputusan ada di tangan pribadi masing-masing.

Sunday, February 19, 2012

kemajuan dan kemunduran

Benar adanya kalimat yang menyatakan bahwa setiap yang ada di dunia ini ada sisi yang berlawanan. Semisal ada laki-laki dan perempuan, ada baik dan buruk, ada air dan ada api, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan kategori kondisi seperti gelap dan terang, dan kini yang akan saya bahas, kemajuan dan kemunduran. Tentunya bahasan ini bukan pelajaran bahasa Indonesia yang akan membahas arti harafiah dari kedua kata tersebut, melainkan kondisi bangsa kita ini, Bangsa Indonesia.

FYI, saya bukanlah seorang aktivis, nasionalis, fasis, atau sebagainya. Apa yang saya tulis disini merupakan opini saya secara pribadi saja. Silakan untuk memiliki pendapat yang berseberangan. Welcome.

500-kertas

KEMAJUAN

Jika anda aalah seorang keturunan ras Mongoloid maka hidup di Indonesia adalah salah satu nikmat Tuhan yang tidak bisa anda ingkari. Indonesia bagi saya secara pribadi adalah surga dunia. Well, pengertian saya akan surga dunia adalah kondisi alam yang memenuhi segala kebutuhan manusia, secara fisik maupun batin. Bayangkan jika anda hidup di Singapura yang bahkan mengimpor air bersih –,-. Indonesia adalah zamrud khatulistiwa, menyediakan manfaat bagi seluruh manusia penghuninya, bahkan hingga yang di luar negerinya. Dalam negeri contohnya saja ada padi buat makanan pokok, hutan untuk siklus oksigen, mata air bersih. Luar negeri, ekspor pasir dan impor pakaian bekas. Unbeatable argument.

Indonesia juga, puji Tuhan, mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai sektor kehidupan.

Dari pendidikan, banyak siswa Indonesia yang menjadi juara olimpiade mata pelajaran di tingkat internasional. Banyak juga mahasiswa Indonesia yang menjadi ilmuwan di luar negeri, meskipun susah bagi mereka untuk kembali ke Indonesia. Bukan karena tak punya ongkos pulang seperti korban urbanisasi di Jakarta, melainkan kurang didukungnya karir mereka di Indonesia.

Dari teknologi misalnya, mobil ESEMKA, hasil rakitan siswa SMK di Solo, yang ditengarai akan dijadikan mobil nasional. Berbondong-bondong pejabat datang dan melakukan jumpa pers di samping mobil ESEMKA. Hingga cemoohan yang malah diterima Bupati Solo –,- dan dianggap cari muka.

Dari ekonomi misalnya, ada klaim dari Pemerintah yang menyatakan bahwa mereka telah berhasil mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Yang belakangan dikritisi karena makna “orang miskin” yang diubah pengertiannya (hal ini penting karena pengertian suatu istilah menjadi acuan dasar pengambilan data statistik). Tapi ada satu yang mungkin masih bisa membuat saya tersenyum, naiknya tingkat rating hutang Indonesia menjadi level “INVESTMENT GRADE”.

Uang

Oiya satu lagi kemajuan di bidang pendidikan. DIKTI (semacam pengatur untuk tingkat perguruan tinggi) mengusulkan diadakannya pembuatan makalah yang harus terbit di jurnal bagi mahasiswa yang ingin lulus kuliah. Level S1 makalahnya harus terbit di jurnal ilmiah, S2 terbit di jurnal ilmiah tingkat nasional, dan S3 terbit di tingkat internasional. Dan hebatnya, usul ini muncul dengan memperbandingkan JUMLAH makalah yang ditulis oleh mahasiswa MALAYSIA. Apakah tidak ada alasan yang lebih baik oh Indonesia?

Di bidang komunikasi ada satu lagi kemajuan. Mayoritas orang Indonesia yang melek teknologi mestinya kenal dengan jejaring sosial Twitter. Apa kemajuannya? Twitter mendukung pasal dalam UUD 1945 tentang kebebasan berpendapat. Hebatnya, bisa lho menggerakkan unjuk rasa cuma lewat hashtag twitter, atau debat dengan menteri yang sering berpantun, hingga berantem antara artis yang anggota DPR dengan konduktor dan anaknya yang main pianonya bagus banget itu.

Begitu banyak berita baik tentang Indonesia dan saya pribadi ga menutup mata untuk semua itu.. Jayalah Indonesia..

 

KEMUNDURAN

Sebagai sebuah bentuk objektivitas saya untuk menilai kondisi bangsa saat ini, maka jika ada kemajuan, maka saya juga harus berani mengungkapkan kemunduran. Sama seperti juri Indonesian Idol, yang mampu memberikan nilai buruk, namun juga mampu mengapresiasi usaha peserta..

Tanpa banyak cingcong\, KEMUNDURAN Indonesia yang paling utama adalah PEJABAT PEMERINTAHAN. Mulai dari orang Nomor Satu sampai Anggota Dapur. Dan kemunduran yang paling parah ya pasti KORUPSI.

Prediksi-Indonesia-VS-Qatar-Pra-Piala-Dunia-2014

Jika dulu korupsi itu dilakuin dengan diam-diam, sedikit-sedikit, dan sendiri-sendiri. Maka kini tanpa malu-malu dilakukan secara TERANG-TERANGAN, SEBANYAK-BANYAKNYA, dan BERSAMA-SAMA. MUlai dari wisma atlet, renovasi ruang Banggar, hingga pembuatan kalender –,-. Astaga Tuhaaaaaan, mengapa tak sekalian buatkan proyek celana dalam khusus anggota Dapur.. Satu celana dalam harganya 4 juta, setiap anggota Dapur dapat 100 lembar celana dalam. >,< yuck!

BTW, yang paling bikin gerah kalau buat saya itu partai “Democrit”. Kenapa? Ituloh WAKIL RAKYAT, iyaaa, WAKIL RAKYAT, dari partai mereka lagi saling sibuk menjatuhkan karena kena kasus korupsi. Dan salah satu yang kena korupsi itu BINTANG IKLAN kampanye Democriit yang bilang KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI.

Saya pribadi kini menganggapnya KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI YANG KECIL, SEDIKIT, DAN SENDIRI-SENDIRI.

OH MAAF SAYA LUPA YANG MULIA, ITU TIDAK PERNAH YANG MULIA, SAYA KECEMPLUNG KOLAM YANG MULIA.

Hingga akhirnya seorang teman saya dengan gentle berkata:

SAYA, SEBAGAI MAHASISWA, MERASA MALU DAN IKUT BERTANGGUNG JAWAB ATAS APA YANG TERJADI DI INDONESIA KARENA SAYA MENCOBLOS DEMOCRIIIT PADA PEMILU 2009.

Ada satu hal yang lucu jika berbicara politik. Jadi begini, sekitar 3-4 tahun yang lalu, sebuah organisasi pemuda nasional bernama GASDEM berdiri. Dengan tujuan mewujudkan restorasi negara dengan ikhtiar mandiri rakyat, dipimpin oleh seorang Big Boss media nasional. Janjinya ya begini “KAMI TIDAK AKAN PERNAH JADI PARTAI, KAMI ADALAH ORGANISASI PEMUDA NASIONAL”. Setahun setelah berdiri, munculah partai GASDEM.

Silakan nilai sendiri apakah partai ini bisa atau tidak memegang omongannya kalau nanti berkampanye hahahaha…

Well itulah sekilas saja opini saya tentang berpasangannya kata Kemajuan dan Kemunduran di negeri ini, terima kasih telah berkunjung ^_^

e

Saturday, February 18, 2012

17 SKS

Semester Tua. Itulah judul komik hidup saya semester ini. Tanpa beralaskan sandal, bertutupkan pakaian, hanya bersandarkan pada keyakinan *tsaaah.

Pertama kali saya menginjakkan kaki di fakultaas itu untuk shalat dzuhur selepas wawancara penerimaan mahasiswa baru di Gedung Pusat UGM, hingga kini bertahtakan gelar mahasiswa tahun ketiga. Sungguh sebuah perjalanan yang tanpa pemberhentian.

Namun dari kesekian duka dan derita menjadi mahasiswa *menjelang* tingkat akhir, yang paling terasa adalah menurunnya jumlah SKS wajib yang harus diambil. Jika pada semester awal semua mahasiswa berbondong-bondong mengambil sebanyak mungkin SKS, maka para mahasiswa tua, mulai “sedikit” agak santai dengan jumlah SKS mereka.

Semisal saya, jika dibuatkan sebuah urutan, dapat dilihat seperti ini:

Semester 1 = 24 SKS

Semester 2 = 23 SKS

Semester 3 = 24 SKS

Semester 4 = 24 SKS

Semester 5 = 23 SKS

Maka di Semester 6 ini hanya ada 17 SKS.

 

Ada sebuah kejomplangan dalam pengambilan SKS dari semester 5 ke semester 6. Inilah yang oleh teman saya, Leonardus Riyan Krissandaru, disebutnya sebagai sebuah SINDROM AWAL KULIAH. Sindrom ini adalah sejenis kekagetan yang muncul akibat jumlah SKS yang diambil mahasiswa menurun sesuai dengan semakin tua mahasiswa berkuliah. Leo benar adanya. Saya kaget.

17 SKS menjadi sebuah kenyataan lantaran secara kurikulum rencana kuliah yang telah saya buat di awal masa kuliah, patah batangnya. Jika melihat buku panduan akademik dari UGM yang dibagikan pada semester ganjil 2009, maka saya bisa ambil 20 SKS semester ini dan lulus semester berikutnya. Hal ini dikarenakan mata kuliah bernama “Metode Penelitian Bisnis” dan “Seminar Keuangan” adalah mata kuliah terpisah dan tidak saling bersyarat.

Celakanya adalah,

Pada kurikulum perkuliahan 2010, ntuk sebuah alasan baik yang saya tidak tahu mengapa, maka mata kuliah “Metode Penelitian Bisnis” menjadi prasyarat untuk mengambil “Seminar Keuangan”.

Dan lebih celakanya adalah,

pada semester ganjil tahun kemarin, saya tidak kebagian kursi mata kuliah “Metopen” tersebut lantaran kelas hanya ada satu dan sudah penuh. Well, nasib baik belum berpihak pada saya, hahahaha..

Akibat dari semua itu adalah,

1. Saya tidak akan bisa lulus 3,5 tahun

Pentingkah? Terdengar ambisius. Tapi bagi saya itu adalah sebuah hal yang cukup penting. Mengingat saya ada di FEB UGM dalam sebuah beasiswa dengan kontrak yang mengikat masa kerja. Jika saya lulus lebih cepat, maka rentang kontrak akan lebih pendek, tanpa ada pihak dalam perjanjian yang dirugikan :D

2. Saya tidak akan bisa lulus 3,5 tahun

Ini sih sama seperti yang di atas –,-

 

Well, mengutip pernyataan dari seorang dosen saya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, “suatu saat lulus 3,5 tahun itu tidak akan diperbolehkan, mereka yang lulus itu belum matang”.

Saya tak tahu matang seperti apa yang dimaksud, apakah matang secara diri, secara pribadi, atau matang secara akademis dan birokrasi *apalah*

Apapun itu, mari kita berjuang dengan jumlah SKS yang tersisa dan jadikan semuanya lebih baik dari hari kemarin!!!! Thumbs up

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!
Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan