Saya sedang depresi. Terlalu banyak beban di pikiran saya. Saya ingin membaginya dengan orang lain, tapi dengan siapa? Saya ga punya siapa-siapa di Jogja. Saya cuma sendiri di sini. Saya cuma punya blog ini, yangg hampir saya hapus karena orang yang saya cintai mengharamkan diri untuk melihatnya.
Izinkan saya bercerita. Jika besok saya sudah tak ada di dunia ini, semoga ini bisa jadi pesan yang baik buat semua orang.
Pertama, saya bingung dengan masa depan saya. Saya kuliah di UGM dengan beasiswa dari sebuah instansi swasta. Beasiswa penuh selama 4 tahun. Sebagai penggantinya, saya diikat kontrak kerja selama 13 tahun di tempat tersebut. Suatu hal yang menurut banyak orang merugikan saya sebenarnya, tapi tak apalah. Keluarga saya bukan dari kalangan yang mampu membayar biaya masuk UGM. Kami sudah sangat bersyukur masih ada instansi yang bisa membantu permasalahan kami.
Yang menjadi masalah bagi saya bukanlah tenggang waktu kontrak kerja, melainkan saya akan ditempatkan dimana dan pada jabatan apa. Saya seperti terkatung-katung dan abu-abu menyikapi bahwa saya akan bekerja di sebuah perusahaan dengan lebih banyak teknisi lapangan dibutuhkan. Semester depan saya akan ada penyempitan (konsentrasi), dan saya masih bingung akan ambil yang mana.
Kedua, adalah masalah percaya diri. Saya tak begitu percaya diri dengan hidup saya sendiri. Masalah materi, okelah semua orang mesti pernah mengalami hal yang sama. Setidaknya mereka yang ada setingkat dengan level saya. Yang ini lupakanlah.
Ketiga, saya ingin orang lain bisa bersikap adil dengan saya, sebagaimana saya memperlakukan mereka. Katakanlah saya mengharap imbalan, ya, saya mengharap imbalan. Bukan imbalan dalam bentuk uang, tapi dalam cara mereka menghadapi saya dan masa lalu saya. Jika saya mampu bersikap adil dan menghargai mereka, tapi mengapa mereka tidak bisa bersikap adil, atau setidaknya menghargai eksistensi saya sebagai manusia biasa yang bisa berbuat salah?
Saya dikejutkan dengan pernyataan mantan pacar saya yang bilang kalau saya telah menyakiti hatinya. Saya juga kurang tau sebabnya apa. Dia hanya bilang bahwa dia sakit hati karena saya merequest pertemanan dengan seseorang dari masa lalu saya. Menurutnya, itu adalah sebuah tindakan yang salah dan itu menyakiti hatinya.
Saya tidak tau mengapa hal seperti itu bisa menyakiti hati seseorang, tapi demi Tuhan, niat saya hanya ingin menjalin pertemanan dengan orang tersebut. Tidak ada maksud lebih, apalagi jika dikatakannya saya jangan merebut orang tersebut dari pacarnya yang sekarang. Ampun Tuhan, pacarnya yang sekarang sudah saya anggap seperti saudara, atas dasar motif apa saya berniat merebutnya? Sementara berulang kali saya katakan saya sudah tidak memiliki keinginan untuk berpacaran meski itu dengan mantan saya tersebut, yang jujur memang masih sangat saya cintai.
Jika sakit hati itu buah dari tindakan saya di masa lalu, saya hanya bisa minta maaf. Saya juga hanya manusia biasa yang bisa salah. Tapi semua itu sudah berlalu. Tidak fair menilai seseorang di masa sekarang dengan menilai masa lalunya.
Khalifah Umar bin Khattab adalah pemuka Quraisy yang awalnya sangat membenci Islam dan Nabi Muhammad SAW, tapi beliau bisa diperlakukan dengan hormat dan adil ketika telah sadar dan masuk Islam. Ya okelah saya bukan seorang khalifah, tapi bukankah itu berarti semua orang bisa berubah menjadi lebih baik?
Danial Sutami pernah bilang ke saya ketika saya protes di facebook tentang cara mantan saya memperlakukan saya, beliau bilang, bahwa hidup ini bukan untuk mengurusi apakah orang bisa bersikap adil terhadap kita atau minta diperlakukan adil oleh orang lain, tapi hidup adalah bagaimana memperlakukan orang lain dengan adil. Pertanyaan saya mengapa ketika kita telah bersikap adil terhadap orang lain dan orang lain itu tetap saja tidak bisa bersikap adiil terhadap saya? Apa salah saya?
Apa salah saya? Apakah saya mengucap sayang kepada orang tersebut? Apakah saya memiliki secuil keinginan untuk menjadikan dia pujaan hati saya kembali?
Tidak. Sudah bertahun-tahun saya melupakan orang tersebut. Tanpa pernah menyentuh satupun membran di otak dan sel syaraf saya untuk kembali mencintai atau katakanlah menyukai orang tersebut.
Lantas salah saya apa? Mengapa saya diperlakukan seperti ini? Beri saya jawaban. Jika memang pada kenyataannya saya ttidak melakukan hal apapun yang salah, mengapa saya disalahkan? Mengapa masa lalu harus selalu dia kaitkan dengan kehidupan saya? Jika tidak bisa menerima saya seutuhnya kenapa masih bilang sayang ke saya?
Dalam blog pribadinya, dia menulis sebuah quote dari Mario Teguh, yang intinya bahwa yang jodoh itu diharapkan sedang memperbaiki kualitas diri masing-masing untuk pasangannya. Katakanlah simple kami memang tidak jodoh, tidak masalah bagi saya. Pertanyaan terbesar saya mengapa terus menerus memperlakukan saya sebagai orang yang bersalah? Apakah tidak bisa memperlakukan saya secara obyektif? Saya akan mengaku salah jika saya salah, tapi tidak jika saya merasa saya benar, meski saya minta maaf.
Tapi tidak untuk terus dikata-katai dan dipersalahkan untuk semua masalah..
Saya depresi, saya tertekan. terpojok. putus asa.
-------------------------------------------------------
Jika seandainya kamu membaca keluh kesah saya, jawablah. Saya tidak mempersalahkan kamu sudah punya pacar lagi, Saya hanya ingin jawaban mengapa kamu mempersalahkan saya atas semua sakit hatimu itu?