the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Saturday, September 17, 2011

Hidup dalam Positivitas!

Apa yang paling mahasiswa benci di awal semester kira-kira? Setiap mahasiswa mungkin punya jawaban yang berbeda-beda untuk pertanyaan ini. Kalau saya boleh usul, sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, jawaban yang paling tepat mungkin munculnya jadwal kuliah pengganti di minggu pertama kuliah. Yap! Ini adalah minggu pertama kuliah dan percaya tak percaya, 2 jadwal kuliah saya sudah kosong karena dosen berhalangan dan pastinya, diganti di lain hari. Pastinya yang hampir pasti, penggantinya ada di hari Sabtu.

 

Adalah Ibu Sri Handaru Yuliati, dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Bisnis, yang terpaksa mengganti kuliah lantaran ada kewajiban yang harus beliau penuhi. Oleh karena untuk memenuhi kewajiban hadir 100%, maka kuliah digeser ke Sabtu pada minggu yang sama.

 

Oiya, semua ini, menurutnya, berkaitan dengan kewajiban kehadiran sebesar 100% yang ditetapkan oleh peraturan akademik. Jika mahasiswa mendapatkan toleransi hingga 25% dari total kehadiran per mata kuliah, tidak begitu denga dosen. Mereka diwajibkan untuk hadir 100% pada jadwal mata kuliah yang ditetapkan. Jika ada halangan ataupun hambatan untuk hadir, maka para dosen diwajibkan untuk melakukan perubahan jadwal, baik berupa penundaan ataupun penggantian.

 

Namun bukan tentang masalah presensi dan absensi yang akan saya bahas kali ini, melainkan sebuah pesan dari Ibu Suri (panggilan akrab dari Ibu Sri Handaru) tentang hidup dalam lingkup positivitas. Apa itu positivitas?

 

Hahaha.. jujur saja itu saya tidak tahu makna pastinya. Sengaja saya gunakan biar postingan kali ini terlihat menarik. Saya tak tahu apa kaitan antara positivitas dan relativitas, tapi mari kita samakan persepsi bahwa positivitas artinya pikiran dan perasaan yang ditempatkan dalam keadaan baik.

 

Yap! Beliau bercerita bagaimana hidupnya berasa lebih nyaman dengan menempatkan pikirannya dalam sistem yang positif. Suatu ketika misalnya, beliau sedang ada acara di Bogor. Karena ada suatu keperluan, beliau haru segera kembali ke Jogjakarta lewat penerbangan pukul dua siang. Dari Bogor ke ke bandara Soekarno Hatta tentunya harus masuk lewat jalan tol. Beliau berangkat ke Soetta pukul 10 pagi, dan alhamduliLLAH yah, terjebak macet.

 

Apa yang dilakukan beliau? Beliau berbicara kepada Allah SWT, “Ya Allah, kalau Engkau izinkan hamba-Mu ini ikut penerbangan jam dua nanti AlhamduliLLAH, jika tidak pun hamba AlhamduliLLAH..”. Di tengah kemacetan dan panasnya hari, sepanjang perjalanan diisinya dengan bermain permainan di telepon genggamnya. AlhamduliLLAH beliau sampai di bandara tepat pukul satu siang. Setelah sampai dan duduk menunggu panggilan berangkat, seorang petugas datang dan memberitahukan bahwa penerbangan ditunda (delay) selama setengah jam. AlhamduliLLAH ujarnya, bisa istirahat terlebih dahulu satu setengah jam..

 

Apa yang dilakukan oleh beliau adalah sebuah contoh bagaimana berprasangka baik terhadap Allah SWT. Menempatkan diri, pikiran dan perasaan kita pada hal yang baik-baik akan membuat hati lebih tenang. Efeknya akan lebih bernilai positif pada pemahaman kita dan aplikasinya dalam tingkah laku. Seperti misalnya penggunaan dua istilah ini “Kelompok anti-perang” dan “Kelompok pecinta damai”. Keduanya mungkin memaksudkan tujuannya pada hal yang sama, namun akan berbeda pemahaman. Jika anti-perang bermakna positif, namun ada instrumen negatif yang kecil, namun signifikan dalam membentuk arti dari nama kelompok tersebut. Kata itu adalah kata “PERANG”. Akan lebih bijak untuk menamakannya dengan kelompok pecinta damai bukan.. haha..

 

Inti dari tulisan ini adalah beliau ingin mengajak para masahasiswa yang diajarnya untuk membiasakan diri hidup dalam pikiran yang positif. Kapanpun ada masalah dengan hidup kita, coba ambil hikmahnya, hadapi saja semua dengan berpkir positif terhadap Tuhan. Berserah diri pun bukan berarti menyerah bukan?

 

Apa gunanya? Dengan membiasakan diri hidup dalam pemikiran yang positif, diharapkan agar prilaku kita sehari—hari juga akan menjadi positif. Katakan begini, target semester ini nilai harus A semua!, maka insyaAllah, akan terbentuk pemikiran dan usaha untuk mencapai nilai A. Namun akan berbeda hasilnya jika di awal semester kita sudah berujar bahwa tampaknya semester ini akan jadi semester yang buruk.

 

Well, itu yang bisa saya bagi hari ini. Semoga bermanfaat. Saya akan hidup seribu tahun lagi <----positivitas! hahha!

 

Special thanks to Ibu Sri Handaru Yuliati.

0 tanggapan:

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!
Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan