the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Thursday, December 6, 2012

Perbaikan PSSI!

Ibarat kerupuk, performa Indonesia di ajang Piala AFF 2012 sudah melempem. Banyak kehilangan gairah (kerenyahan) meski masih nikmat jika dimakan (aksi lapangan). Ya. Indonesia tak mampu tampil dengan potensi terbaik di Piala AFF kemarin. Seri 2-2 melawan Laos, menang 1-0 atas Singapura, dan dikalahkan Malaysia 2-0. Indonesia pun tersingkir dari piala AFF tanpa basa-basi.

Tersingkirnya Indonesia di babak penyisihan ini sebenarnya tidak diramalkan oleh "analis" sepakbola Indonesia. Tapi, berkaca pada kisruh berkepanjangan dalam kepengurusan organisasi sepakbola nasional telah membawa pertanda yang sangat jelas, sepakbola Indonesia menuju kehancuran. Kisruh berkepanjangan yang telah berlangsung hampir 3 tahun antara pihak pro dan kontra PSSI membawa Indonesia kepada rekor terburuk Indonesia di sepanjang sejarah pelaksanaan Piala Tiger dan AFF. Tersingkir di awal tentunya sangatlah menyedihkan bagi fans Timnas Indonesia.

Timnas Indonesia AFF Cup 2010 
Performa Timnas Indonesia di atas lapangan dan kepemimpinan Nil Maizar bukanlah suatu hal yang perlu kita perdebatkan. Kemenangan adalah kemenangan, kekalahan adalah kekalahan. Apresiasi terhadap kerja keras dan usaha dari tiap-tiap individu dalam Timnas tentunya patut dilakukan. Respek setinggi langit saya berikan untuk mereka yang mampu bermain dengan segala keterbatasan, mulai dari pendanaan hingga aturan kompetisi.

Hal yang lebih pantas di diskusikan dan dicari jalan keluarnya adalah permasalahan pengelolaan cabang olahraga paling diminati di seluruh dunia ini. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa. Diperlukan sebuah sistem yang mampu menyaring bibit-bibit pesepakbola andal dari yang 240 juta ini untuk dapat dibina menjadi Timnas yang lebih baik. Seperti yang orang bijak katakan, bahwa keteraturan membawa kebaikan, dan kebaikan membawa hasil yang baik pula. (Pada beberapa kasus, ketidakteraturan bisa menjadi kunci, namun dapat saya pastikan bahwa hal tersebut adalah outlier, sesuatu yang berada di luar rata-rata).

Timnas U-23 SEA GAMES 2011
Sayangnya persepakbolaan Indonesia telah sampai pada titik yang luar biasa rusuh. Tidak ada lagi keteraturan yang dapat masyarakat lihat untuk mencapai kebaikan yang kita semua cari. Dua lembaga nasional yang saling klaim sebagai otoritas tertinggi sepakbola, dua liga nasional yang juga sama-sama mengalami banyak permasalahan,hingga pembentukan dua Timnas. Belum cukup puaskah dengan tersingkirnya Nurdin Halid?

Lantas apa yang perlu dilakukan Indonesia ketika persepakbolaan sudah sampai pada level kekacauan seperti ini?

Saya tak bisa pungkiri bahwa sudah sebaiknya Indonesia mengambil jalur nekat. Pemerintah harus tegas menindak kekisruhan ini. Persetan dengan adanya sanksi FIFA yang menyatakan Indonesia tak boleh ikut kompetisi internasional jika sepakbolanya di campur tangan oleh pemerintah. Sanksi tersebut cuma akan berlangsung dalam tempo 2 tahun. Jika Indonesia bisa mengoptimalkan waktu tersebut untuk perbaikan, pasti FIFA akan melakukan penilaian secara objektif terhadap keadaan yang membaik. Pasti.

Langkah pertama, bubarkan PSSI dan KPSI, lebur dalam satu wadah organisasi nasional yang padu. Dualisme kepemimpinan hanya akan menimbulkan konflik dan kebingungan para stakeholder dalam persepakbolaan yang berakibat tak bisa optimalnya kinerja dari stakeholder. Gunakan jasa para ahli struktur organisasi, operasional, dan sumber daya untuk menciptakan keteraturan dalam organisasi. Tugaskan mereka untuk menentukan job specs dan job desc dari titik puncak hingga titik terbawah organisasi, aliran kewenangan, dan poin-poin organisasi yang boleh dikreasikan secara mandiri dan mana poin yang tidak (kaku). Susun AD/ART yang memfasilitasi perbaikan dan kemajuan.

Langkah kedua, singkirkan oknum-oknum tidak bermanfaat (yang penuh dengan amarah, penuh hasrat untuk korup, penjilat, dll dsbg), ganti dengan orang-orang yang lebih reliable, accountable, dan amanah pastinya. Serahkan setiap urusan kepada mereka yang ahli melakukan tugasnya. Pilih dari semua sumber daya yang ada, orang-orang yang mampu bekerja dengan maksimal dan berorientasi pada kemajuan sepakbola Indonesia.

Langkah ketiga, susun kompetisi nasional yang mampu memfasilitasi dengan baik klub ISL dan IPL. Buat standarisasi kompetisi yang sesuai dengan kemampuan Indonesia. Bertahap, standar itu akan dinaikkan hingga sesuai dengan standar dari AFC. Pasti ada model kompetisi yang bisa kita gunakan untuk memenuhi keinginan seluruh peserta liga. Susunan kompetisi ini bertingkat dari usia muda hingga usia senior. Tingkatkan kerja sama pembinaan dan komunikasi antar cabang organisasi, bahkan hingga luar negeri. Tingkatkan imbalan ataupun hal-hal yang memotivasi anakanak bangsa untuk memaksimalkan kemampuannya di sepakbola.

Langkah keempat, tingkatkan investasi klub sepakbola asing untuk hadir di Indonesia. Jika tidak ada, biayai. Jika tidak mau dibiayai, buat sekolah sepakbola yang mendekati level akademi internasional. Hal lain adalah yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Siswa yang memiliki kemampuan atletik yang baik, dioptimalkan dan diberikan beasiswa. Indonesia memiliki banyak perguruan tinggi dengan kualitas yang baik. Saya rasa pemerintah bisa mulai mencoba hal seperti ini untuk memaksimalkan potensi olahraga disamping meningkatkan motivasi masyarakat yang mungkin tak mampu menjamah perguruan tinggi dari segi finansial.

Langkah kelima, pastikan sistem tersebut mampu terintegrasi dengan baik dibawah organisasi baru, baik secara nasional maupun daerah. Kekacauan yang muncul harus segera diatasi, tidak boleh dibiarkan berlangsung berlarut-larut. Ibarat jamur, dari kecil terlihat imut, sudah besar menjijikkan. Inilah yang harus diwaspadai. Sistem harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan jaringannya dan sebaliknya.

Beberapa hal yang bisa kita jadikan contoh adalah bagaimana Jepang dan Korea bisa membangkitkan persepakbolaannya dengan memodifikasi ataupun merubah total sistem pengelolaan sepakbola Indonesia. Negara ini memiliki potensi. Namun potensi itu hanya akan tetap menjadi potensi ketika kita tidak mampu menggalinya dengan tepat. Kekisruhan dalam sepakbola Indonesia seharusnya menjadi tolok ukur bangsa ini untuk mulai sadar, bahwa ada yang salah dengan persepakbolaan Indonesia.

Ini adalah sekelebat lima visi saya tentang organisasi persepakbolaan nasional. Jika kita masih mau memanggilnya PSSI. Tentunya kelima visi ini hanyalah ide pendek dari bagaimana perwujudan atau aktualisasi dari lima visi ini. Akan sangat panjang dan butuh ribuan kajian dan bahasan jika kita jabarkan di sini lewat tulisan. Namun saya tentu sangat terbuka untuk menerima panggilan jika suatu saat ada pihak yang memiliki kewenangan meminta saya memperbaiki keadaan PSSI kita, meski itu hampir tidak mungkin.

Sudah lama kita tak melihat Indonesia berjaya. Kini saatnya memulai.

0 tanggapan:

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!
Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan