Masa Lalu
Siapa diantara orang di bumi ini yang tidak punya masa lalu? semua yang hidup dan lahir ke dunia mestinya suatu saat punya masa lalu. Entah itu bahagia, ataupun buruk. Bukan berarti itu adalah sebuah generalisasi bagi hidup masa lalu kita. Ada kalanya masa lalu yang begitu membahagiakan, dan ada yang begitu buruknya hingga membuat kita bahkan malu untuk mengangkat muka.
Well, itulah manusia. Manusia berpikir. Manusia berbicara. Manusia mendengar. Manusia punya hati.
Teori filsafat lama. Manusia terlahir dalam keadaan seperti kertas putih. Pengalaman hidup menjadi tinta sepanjang halaman-halaman hidupnya. Entah apakah itu hanya tinta hitam, kehidupan biasa seorang manusia, tinta biru penuh suka-cita, maupun tinta merah untuk kekesalan, amarah atas sesuatu..
Kata orang, saya terlalu merasa sebagai orang yang paling menderita. Maaf, sedikit koreksi. Saya bukan sok paling menderita, tapi... saya hanya ingin punya teman bercerita. Teman yang benar-benar teman. Teman yang tidak butuh alasan untuk ada di samping temannya. Teman yang mau mendengar, juga teman yang mau didengar.
Saya berbuat banyak kesalahan dalam hidup saya. Kata orang, kita belajar dari kesalahan. Sayangnya, banyak diantara kesalahan itu yang saya ulang, dan saya juga yang mesti menanggung akibatnya. Sayalah yang salah. Saya akui itu secara gentle. Karena percuma buat saya untuk lari dari semua kesalahan yang pernah saya buat di masa lalu, kecuali dengan mengakuinya dan memperbaikinya di masa depan.
Refleksi diri dari kehidupan saya pun masih minus. Saya masih punya hutang di sana-sini untuk saya tambal. Saya masih punya luka yang harus saya tutup dan sembuhkan ke seorang wanita yang teramat saya tambatkan hati padanya. Oke. Saya akui saya meleng. Toh namanya cinta kalau sudah nempel ya lekat. Kuat. Tinggal manusianya saja bagaimana.
Cuma 3 kalimat. dan itu mengubah pandangan saya tentang semuanya.
Change is the only thing that never change.
Everything that you can imagine, you can do.
Will you still love me in the morning? Forever and ever.
Dan satu kalimat lagi dari Hellboy,,
whoever your mate, I will never give up on you.
Well, itulah manusia. Manusia berpikir. Manusia berbicara. Manusia mendengar. Manusia punya hati.
Teori filsafat lama. Manusia terlahir dalam keadaan seperti kertas putih. Pengalaman hidup menjadi tinta sepanjang halaman-halaman hidupnya. Entah apakah itu hanya tinta hitam, kehidupan biasa seorang manusia, tinta biru penuh suka-cita, maupun tinta merah untuk kekesalan, amarah atas sesuatu..
Kata orang, saya terlalu merasa sebagai orang yang paling menderita. Maaf, sedikit koreksi. Saya bukan sok paling menderita, tapi... saya hanya ingin punya teman bercerita. Teman yang benar-benar teman. Teman yang tidak butuh alasan untuk ada di samping temannya. Teman yang mau mendengar, juga teman yang mau didengar.
Saya berbuat banyak kesalahan dalam hidup saya. Kata orang, kita belajar dari kesalahan. Sayangnya, banyak diantara kesalahan itu yang saya ulang, dan saya juga yang mesti menanggung akibatnya. Sayalah yang salah. Saya akui itu secara gentle. Karena percuma buat saya untuk lari dari semua kesalahan yang pernah saya buat di masa lalu, kecuali dengan mengakuinya dan memperbaikinya di masa depan.
Refleksi diri dari kehidupan saya pun masih minus. Saya masih punya hutang di sana-sini untuk saya tambal. Saya masih punya luka yang harus saya tutup dan sembuhkan ke seorang wanita yang teramat saya tambatkan hati padanya. Oke. Saya akui saya meleng. Toh namanya cinta kalau sudah nempel ya lekat. Kuat. Tinggal manusianya saja bagaimana.
Cuma 3 kalimat. dan itu mengubah pandangan saya tentang semuanya.
Change is the only thing that never change.
Everything that you can imagine, you can do.
Will you still love me in the morning? Forever and ever.
Dan satu kalimat lagi dari Hellboy,,
whoever your mate, I will never give up on you.
0 tanggapan:
Post a Comment