Sepakbola, Irrasionalitas
Sepakbola. Irrasionalitas. Ide ini muncul begitu saja untuk saya tulis setelah menonton Liverpool vs Manchester United tadi malam. (Saya bukan pendukung kedua tim tersebut). Pertandingan tersebut kembali menuai perdebatan di antara kedua suporter klub. Ya seperti biasa. Kekalahan sulit untuk diterima dengan legowo. Kemenangan sulit dielakkan dari rasa ingin mengejek.
Sepakbola kian menjadi sebuah hal yang diluar rasionalitas manusia. Meskipun berbeda bidang, keloyalitasan suporter pada klubnya seperti hal yang sangat aneh. Jika teorinya, kesetiaan dimunculkan atas sebuah kepuasan, sehingga memunculkan sebuah komitmen untuk terus memakai, mendukung, dan menggunakan sebuah barang, ada apa dengan suporter sepakbola?
Coba bayangkan, percaya atau tidak, di Inggris, hampir setiap klub sepakbola punya fans fanatik. Dari yang paling terkenal seperti MU dan Chelsea, hingga tim antah berantah di divisi 4. Tapi, apa kepuasan yang didapat suporter? Jika ukurannya adalah gelar juara, tentu yang di divisi 4 makin bikin irrasional. Ga pernah juara tapi tetap bisa hidup dengan mandiri..
Sekaligus menjawab pertanyaan mereka yang ga tau, buat saya, yang jadi kepuasan untuk membela satu tim sepakbola, adalah perwakilan nilai diri seseorang oleh klub sepakbola tersebut. Misalnya, saya suka Real Madrid, salah satu klub dari Spanyol. Saya suka mereka karena Zidane pernah ada disitu, Zidane yang sederhana, membumi, Islami pastinya, dan pemain terbaik dunia 3 kali. Real Madrid tidak bermain bertahan. Kami bermain terbuka seperti NBA.
Orang yang suka Barcelona mungkin senang dengan permainan utak-atik. Bongkar sana sini, atau mungkin dia tipe orang yang suka tarik-tarik dulu baru tembak. Atau yang suka bingung sendiri. Haha *mulai ga netral.
Yang pasti, kefanatikan seseorang pada klubnya, biasanya bukan karena gelar juara saja. Bisa karena cara mereka bermain, sosok yang ada di dalam klub tersebut, penghargaan yang mereka dapat, atau sekedar pengakuan dari sesama pendukung tim tersebut.
Dan memang hal-hal itu Irrasional.
Sepakbola kian menjadi sebuah hal yang diluar rasionalitas manusia. Meskipun berbeda bidang, keloyalitasan suporter pada klubnya seperti hal yang sangat aneh. Jika teorinya, kesetiaan dimunculkan atas sebuah kepuasan, sehingga memunculkan sebuah komitmen untuk terus memakai, mendukung, dan menggunakan sebuah barang, ada apa dengan suporter sepakbola?
Coba bayangkan, percaya atau tidak, di Inggris, hampir setiap klub sepakbola punya fans fanatik. Dari yang paling terkenal seperti MU dan Chelsea, hingga tim antah berantah di divisi 4. Tapi, apa kepuasan yang didapat suporter? Jika ukurannya adalah gelar juara, tentu yang di divisi 4 makin bikin irrasional. Ga pernah juara tapi tetap bisa hidup dengan mandiri..
Sekaligus menjawab pertanyaan mereka yang ga tau, buat saya, yang jadi kepuasan untuk membela satu tim sepakbola, adalah perwakilan nilai diri seseorang oleh klub sepakbola tersebut. Misalnya, saya suka Real Madrid, salah satu klub dari Spanyol. Saya suka mereka karena Zidane pernah ada disitu, Zidane yang sederhana, membumi, Islami pastinya, dan pemain terbaik dunia 3 kali. Real Madrid tidak bermain bertahan. Kami bermain terbuka seperti NBA.
Orang yang suka Barcelona mungkin senang dengan permainan utak-atik. Bongkar sana sini, atau mungkin dia tipe orang yang suka tarik-tarik dulu baru tembak. Atau yang suka bingung sendiri. Haha *mulai ga netral.
Yang pasti, kefanatikan seseorang pada klubnya, biasanya bukan karena gelar juara saja. Bisa karena cara mereka bermain, sosok yang ada di dalam klub tersebut, penghargaan yang mereka dapat, atau sekedar pengakuan dari sesama pendukung tim tersebut.
Dan memang hal-hal itu Irrasional.
0 tanggapan:
Post a Comment