Mata ini Milik Allah, Tuhan Saya
Well, sebenarnya ini cerita yang saya nggak begitu suka untuk diceritakan. Tapi, mungkin akan berguna bagi teman yang butuh inspirasi, dan tentunya kansumsi batin.
Saya tak berusaha untuk mengaitkan segala cobaan yang saya terima dengan kejadian masa lalu. Saya hanya mencari sebab, apakah Allah memberikan ujian ini karena kelalaian saya, atau memang saya memang sudah lupa kepada-Nya.
Semuanya berawal dari sebuah ceramah ustadz yang biasa mengajar saya mengaji ketika saya masih kecil. Saya tak begitu ingat lagi dengan namanya, kalau tidak salah namanya Aci, saya memanggilnya Kak Aci (seingat saya). Inti ceritanya kira-kira begini.
"Mulailah sesuatu dengan menyebut asma Allah SWT. Ingatlah bahwa tak ada sejengkalpun hak-mu dalam kehidupan ini. Semua adalah milik Tuhan kita, Allah SWT. Dia yang memiliki tanganmu, kakimu, jantungmu, matamu, bahkan uang yang ada di dompetmu. Semua yang kita rasa milik kita adalah harta titipan-Nya, yang sudah seharusnya kita jaga dengan sepenuh hati dalam lingkaran nama-Nya."
Saya tak pernah melupakan cerita tersebut sebenarnya, buktinya saya masih bisa inget kan, meski cuma sedikit benang merahnya.
Well, waktu saya kelas 6 SD, gw jatuh dari tempat tidur 2stories di rumah saya. Dari yang atas tentunya. Dan jatuhnya pun bener-bener ga asik. Posisi mata kiri saya bertemu pas sama kepalan tangan kiri saya. Entah saya yang punya reflek yang super, tapi yang jelas reflek itu terlambat menahan kepala saya dan malah berbenturan dengan mata saya.
Nanti dilanjut lagi..
Balik lagi, tadi ada yang lagi rapat ambil posisi di sebelah saya, apa ya ngga ada tempat lain, udah tau di situ uda ada penghuninya..
Akibat benturan yang terjadi itu, mata kiri saya bengkak seminggu. Harus dibawa ke dokter lantaran bengkak kaya abis bertempur sama Mike Tyson.
Kata dokter gapapa, cuma bengkak aja, cukup dikompres aja pake air dingin. *beneran kaya petinju kan?
Singkat kata seminggu lewat, bengkak menghilang, penglihatan kembali normal.
Tiga tahun berlalu, efek bengkak itu baru kerasa. Selama 3 tahun itu, saya memang ga ada henti-hentinya bertanya ke semua orang, "eh mata kiri kalian kalo yang kanan ditutup normal ga si ngeliatnya? kok gw burem banget ya?"
Well, mungkin ortu juga uda bosen ngedengernya, akhirnya saya diajak cek ke optik. Bla bla bla bla. mata kanan minus 1,5. Mata kiri minus 6.5. Waw. Yang empunya optik sampe kaget kok bisa sampe segitu jauhnya. Biasanya beda kanan dan kiri ga terlalu jauh, tapi untuk cakupan sampai beda 5 itu baru kali ini, katanya *saya rasa yang jual lebai.
Akhirnya saya dicobain kacamata yang ukuran segitu buat kanan kiri, dan mata saya JERENG langsung ke 2 arah yang berbeda. yang kanan ke kanan, yang kiri ke kiri, kaya lagu potong bebek angsa.
Dan sampe sekarang begitulah cerita tentang mata saya. Karena beberapa hal, saya kehilangan kemampuan untuk memprediksi jarak dengan tepat, suka rabun parah di sore hari, kelelahan, dan migrain pastinya.
Oleh karena itu, saya tak berniat membawa kendaraan bermotor jenis apapun di kota ini. Ketimbang saya susah dan orang lain ikut susah ketabrak saya. Sepeda sudah cukup..
Dan saya masih akan tetap bersyukur, satu mata ini lebih baik, masi ada banyak yang dapat ujian lebih hebat dari saya. AlhamduLiLLAH... ^___^
Saya tak berusaha untuk mengaitkan segala cobaan yang saya terima dengan kejadian masa lalu. Saya hanya mencari sebab, apakah Allah memberikan ujian ini karena kelalaian saya, atau memang saya memang sudah lupa kepada-Nya.
Semuanya berawal dari sebuah ceramah ustadz yang biasa mengajar saya mengaji ketika saya masih kecil. Saya tak begitu ingat lagi dengan namanya, kalau tidak salah namanya Aci, saya memanggilnya Kak Aci (seingat saya). Inti ceritanya kira-kira begini.
"Mulailah sesuatu dengan menyebut asma Allah SWT. Ingatlah bahwa tak ada sejengkalpun hak-mu dalam kehidupan ini. Semua adalah milik Tuhan kita, Allah SWT. Dia yang memiliki tanganmu, kakimu, jantungmu, matamu, bahkan uang yang ada di dompetmu. Semua yang kita rasa milik kita adalah harta titipan-Nya, yang sudah seharusnya kita jaga dengan sepenuh hati dalam lingkaran nama-Nya."
Saya tak pernah melupakan cerita tersebut sebenarnya, buktinya saya masih bisa inget kan, meski cuma sedikit benang merahnya.
Well, waktu saya kelas 6 SD, gw jatuh dari tempat tidur 2stories di rumah saya. Dari yang atas tentunya. Dan jatuhnya pun bener-bener ga asik. Posisi mata kiri saya bertemu pas sama kepalan tangan kiri saya. Entah saya yang punya reflek yang super, tapi yang jelas reflek itu terlambat menahan kepala saya dan malah berbenturan dengan mata saya.
Nanti dilanjut lagi..
Balik lagi, tadi ada yang lagi rapat ambil posisi di sebelah saya, apa ya ngga ada tempat lain, udah tau di situ uda ada penghuninya..
Akibat benturan yang terjadi itu, mata kiri saya bengkak seminggu. Harus dibawa ke dokter lantaran bengkak kaya abis bertempur sama Mike Tyson.
Kata dokter gapapa, cuma bengkak aja, cukup dikompres aja pake air dingin. *beneran kaya petinju kan?
Singkat kata seminggu lewat, bengkak menghilang, penglihatan kembali normal.
Tiga tahun berlalu, efek bengkak itu baru kerasa. Selama 3 tahun itu, saya memang ga ada henti-hentinya bertanya ke semua orang, "eh mata kiri kalian kalo yang kanan ditutup normal ga si ngeliatnya? kok gw burem banget ya?"
Well, mungkin ortu juga uda bosen ngedengernya, akhirnya saya diajak cek ke optik. Bla bla bla bla. mata kanan minus 1,5. Mata kiri minus 6.5. Waw. Yang empunya optik sampe kaget kok bisa sampe segitu jauhnya. Biasanya beda kanan dan kiri ga terlalu jauh, tapi untuk cakupan sampai beda 5 itu baru kali ini, katanya *saya rasa yang jual lebai.
Akhirnya saya dicobain kacamata yang ukuran segitu buat kanan kiri, dan mata saya JERENG langsung ke 2 arah yang berbeda. yang kanan ke kanan, yang kiri ke kiri, kaya lagu potong bebek angsa.
Dan sampe sekarang begitulah cerita tentang mata saya. Karena beberapa hal, saya kehilangan kemampuan untuk memprediksi jarak dengan tepat, suka rabun parah di sore hari, kelelahan, dan migrain pastinya.
Oleh karena itu, saya tak berniat membawa kendaraan bermotor jenis apapun di kota ini. Ketimbang saya susah dan orang lain ikut susah ketabrak saya. Sepeda sudah cukup..
Dan saya masih akan tetap bersyukur, satu mata ini lebih baik, masi ada banyak yang dapat ujian lebih hebat dari saya. AlhamduLiLLAH... ^___^
0 tanggapan:
Post a Comment