the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Tuesday, April 19, 2011

Tentang Kita dan Agama Kita

Saya sedang memikirkan sebuah masalah. Abstrak. Mungkin malah tidak punya arti. Begini. Pernah suatu hari, seorang guru saya, yang kebetulan saya lupa siapa namanya, berkata, "berbeda pemikiran dengan orang kebanyakan bisa membuat kita seperti alien. Tapi selama kamu tau apa yang kamu yakini itu benar, maka seharusnya tidak menjadi masalah besar..". Yak, saya merasa saya sedang ada dalam posisi itu.

Bukan mau sok alim atau apa, tapi ini semua soal agama. Tidak mau munafik, saya juga masih sering lupa dengan aturan agama.

Sebenarnya agama itu apa? Gunanya apa? Untuk apa? Manfaatnya?

Krisis identitas. Sebuah kata yang muncul di benak saya selama beberapa hari ini berkaitan dengan presentasi kewarganegaraan. Sebuah kondisi dimana manusia kurang bisa memahami apa yang sebenarnya menjadi identitas pribadi dirinya. Kalo di kelas KWN yang dibahas identitas dengan Pancasila sebagai dasar manusia Indonesia, maka saya ingin mengetahui identitas manusia dari sisi agamanya.

Iya. Agamanya. Basi kan? Tinggalkan. Tertarik? Lanjutkan.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, membawa rahmat bagi seluruh alam, telah mengatur segala hal mulai dari yang kecil-kecil hingga yang paling besar. Dari tata busana hingga ketatanegaraan. Untuk apa? Apakah itu untuk mengekang manusia pada peraturan yang ketat? Bukan, tapi untuk menjaga manusia (yang beriman pada Allah) untuk selalu ada di jalan yang benar. Jalan yang diridhai oleh Allah. Sebagaimana diutarakan dalam surah Al Fatihaah. SURAT PERTAMA DALAM AL QURAN.

Dalam perbincangan atau katakanlah diskusi dengan seorang penganut agama Nasrani, saya pernah beropini, Islam bukan mengalami kemunduran, Islam bukannya tidak lagi cocok dengan jaman sekarang. Tapi penganut Islam lah yang mengalami kemunduran. Dalam hal jumlah tidak pernah menjadi masalah. Tapi dalam hal akidah agama lah yang menjadi masalah.

Apa penyebabnya?

Jawab saya, sependek pengetahuan saya, ini semua terjadi karena agama hanyalah menjadi warisan dari orang tua. Ketika seorang bayi dilahirkan, kebanyakan orang otomatis membekali bayi mereka dengan agama yang sama dengan yang mereka anut. Padahal, agama bukanlah suatu hal yang bisa dipakssakan, harus dilakukan dengan kesadaran.

Tapi bayi kan belum bisa ngomong dkk?

Iya, yang jadi masalah bukan ketika mereka bayi, tapi ketika mereka besar. Beruntung orang yang diwarisi ilmu agama yang kuat. Bagaimana dengan yang lahir dari orang tua dengan ilmu agama yang telah terdegradasi? Wallahualam bisshawab.

Saya sangat setuju dengan cara orang Barat berkaitan dengan hal ini. pada suatu umur anaknya, orang tua akan membiarkan mereka mengambil keputusan sendiri. Berkaitan dengan pendidikan, kehidupan sosial, perekonomian, hingga ke agama. Tidak pernah ada paksaan.

Berbeda dengan di masyarakat kita, dimana perpindahan agama bisa menyebabkan putusnya tali silaturahmi. Dugaan saya ini menyebabkan adanya keparanoidan dalam beragama. "di lain hal saya ingin seperti ini, tapi tidak bisa karena ini ini ini".

Saya teringat pada sebuah kajian agama Islam di TPA saya ketika masih SMP.

Ceritanya begini, ada suatu hikayat, ketika seorang anak akan masuk neraka, kemudian diberhentikan oleh malaikat dan ditanya, kenapa kamu masuk neraka. Saya tidak shalat. Kenapa kamu tidak shalat? karena orang tua saya tak pernah mengajarkannya Pak.
Nah lho, kalo ga salah denger itu nanti orang tuanya akan dipanggil dan kalo memang benar, maka orang tuanya akan masuk neraka juga.
Tapi ini cerita ketika kecil, wallahualam bisshawab kebenarannya..

Kembali ke topik awal, maka saran saya lewat kali ini, jangan jadikan keIslaman kita cuma nama di KTP. Lakukan dengan kesadaran. Pahami dengan akal yang diberikan Allah SWT. Ingat juga orang tua kita.

Nah sekian opini saya yang agak kurang nyambung sana-sini.. semoga bermanfaat untuk jadi bahan renungan bersama..

Wassalam..

1 tanggapan:

Anonymous said...

Innashalata Anilfakhsya Iwal Munkar... (maap kalau salah, Maksudnya benar tapi)

Amar Ma'ruh Nahi Munkar (sesungguhnya mengajak kita untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan pada kemunkaran)

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!
Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan