the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Saturday, December 25, 2010

Columbus dan Saya

"Your highness, as Catholic Christians, and princes who love and promote the holy Christian faith, and are enemies of the doctrine of Mahomet, and of all idolatry and heresy, determined to send me, Christopher Columbus, to the above-mentioned countries of India, to see the said princes, people, and territories, and to learn their disposition and the proper method of converting them to our holy faith; and furthermore directed that i should not proceed by land to the East, as is customary, but by a Westerly route, in which direction we have hitherto no certain evidence that anyone has gone."

Christopher Columbus

Saya tak terlalu paham dengan konsep kolonialisasi atau imperialisasi jaman dahulu kala. Dari banyak nama sejarah yang saya kenal, saya hanya paham tentang Muhammad, Gandhi, dan mungkin Abraham Lincoln. Semuanya saya pahami karena mereka itu orang yang benar-benar menandakan diri mereka dalam tonggak sejarah. Nabi Muhammad SAW tentu sebagai nabi terbesar dalam sejarah Islam. Tak hanya dari kaum Muslim, pengakuan akan besarnya pengaruh seorang Nabi Muhammad SAW pun datang dari para penganut agama lain.

Gandhi saya pahami karena beliau yang berhasil dengan tepat menggunakan sisi humanisme manusia dalam usahanya meraih kemerdekaan India. Meski beliau gagal mempersatukan India dan Pakistan, toh namanya tetap terkenang hingga sekarang. Konsep agungnya akan penggunaan barang produksi dalam negeri juga ampuh. Lihat bagaimana sekarang mobil produksi India telah masuk pasar internasional.

Lincoln. Saya tak terlalu paham akan sejarah pemerintahannya untuk Amerika Serikat. Saya mengagumi cara beliau membawa AS ke dalam bentuk persatuan yang luar biasa. Bagaimana beliau membawa AS yang penduduknya sebenarnya "buangan" menjadi sebuah koloni adidaya di dunia. Juga jangan lupakan jasanya menghapuskan perbudakan atas kulit hitam di AS.

Berbicara tentang Columbus, maka nama yang seketika muncul dalam pikiran orang adalah Amerika. Dan ketika orang mengucap Amerika, maka semua konsep pemikiran akan tertuju pada sebuah negara bernama Amerika Serikat (United States of America). Tak akan orang mengingat Amerigo Vespucci, Nina, Pinta ataupun Santa Maria. Apalagi mengingat nama Jendral Franco.

Semua tentang eksplorasi. Penjelajahan. Dan sekali lagi, hal yang saya ingat tentang semua itu adalah konsep Gold, Glory dan Gospel.

Gold. Emas. Sesuatu yang diyakini melambangkan kekayaan. Sudah tak dapat dibantah bagaimana emas menjadi barang dagang dan barang tukar yang sangat berharga di masa itu (hingga sekarang). Meski kemudian istilah emas juga dikaitkan dengan barang dagang lain seperti rempah-rempah, sutra dan keramik. Tapi inti dari Gold sebenarnya hanya kekayaan. Entah apapun itu wujudnya, asalkan bisa dianggap sebagai kekayaan sebuah negara penjajah, maka bawalah itu pulang ke negeri asal penjelajah.





Glory melambangkan kejayaan dari sebuah negara atau kerajaan. Pada masa jahiliyahnya kerajaan Eropa, ukuran kejayaan sebuah kerajaan adalah luasnya wilayah kekuasaan kerajaan tersebut. Kita tentu ingat bagaimana luasnya kekaisaran Byzantium Roma atau jika anda ingin bangga dengan produk Indonesia sebutlah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.

Sedangkan Gospel melambangkan penyebaran agama. Anda tentu ingat istilah "lagu-lagu gospel". Itu maksud saya. Kala itu penyebaran agama Nasrani, entah yang Katolik ataupun Protestan, memang dipioneri oleh kerajaan-kerajaan di Eropa, baik itu Prancis, Spanyol, Inggris, Portugis, maupun Belanda. Jika anda kurang bukti tentang hal ini, lihatlah sajak "and are enemies of the doctrine of Mahomet" dan "and the proper method of converting them to our holy faith". Dua kalimat itu bisa menjawab semua pertanyaan anda.

Gold, Glory dan Gospel adalah bentuk-bentuk konsep penjajahan dan imperialisasi masa lalu. Bagaimana dengan masa sekarang?

Saya tak akan mengangkat Gospel. Aspek keagamaan dalam dunia jaman sekarang sudah begitu ketat. Anda bisa begitu saja dituntut atau disomasi lantaran salah bicara.

Konsep Gold ini bisa anda lihat terjadi di Indonesia. Contohnya perusahaan tambang yang beroperasi di Papua. Anda bisa bayangkan sudah berapa tahun mereka ada di Indonesia, dan seberapa besar "GOLD" yang mereka bawa ke negeri mereka. Jika itu belum memuaskan anda, maka ambil contoh bagaimana satu produk-produk asing membanjiri pasaran kita.

Pakta kerjasama antara negara dan perusahaan asing seharusnya menghasilkan "GOLD" yang adil untuk kedua belah pihak. Apakah kita mendapatkan "GOLD" bagian kita? Saya rasa tidak. Jika dalam kurun waktu berpuluh-puluh tahun pembagian atas hasil tambang berlangsung adil, saya rasa negara kita sudah jauh lebih kaya dari negara-negara Arab.

Dan jika share hasil bumi itu tidak berlangsung secara adil, apa artinya? Penjajahan.

Bagaimana dengan konsep Glory?

Jika saya ingin bicara mudahnya saja, apa merk sabun anda? apa merk pasta gigi anda? apa merk laptop anda? apa merk baju anda?

Jika dulu konsep Glory diukur berdasarkan luas wilayah kekuasaan suatu kerajaan, di jaman ini Glory diukur berdasarkan penguasaan atas perekonomian dunia. Penguasaan atas pasar menjadi penting karena anda bisa menguasai ke"sehat"an sebuah negara.

Tak percaya? Ingatlah bagaimana nilai Dollar sangat kuat di pasaran per-masa 1996-2005. Tak ada nilai tukar yang sanggup menyaingi kecuali Poundsterling Inggris. Konsep dasarnya menyatakan, semakin kuat perekonomian suatu negara, maka akan semakin kuat nilai tukar mata uangnya.

Apa yang mereka dapatkan sari tingginya nilai mata uang tersebut? "GOLD".

Itulah mengapa saya belajar ekonomi. "GOLD" dan "GLORY".

Dan jika saya kaya, saya bisa beribadah lebih banyak pada Tuhan saya, ALLAH SWT.

0 tanggapan:

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!

Archive

Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan