the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Friday, December 24, 2010

Khutbah Jumat Siang Itu

Blog ini sebenarnya bertema tentang pencarian saya atas sebuah rasa nyaman. Juga menurut Pak Singgih si, krisis identitas. Masa dimana manusia bingung mengarahkan dirinya, mencari pembenaran atas tindakannya dan lain sebagainya. Tapi malam ini saya ingin berbagi sebuah kisah yang saya dengarkan dalam sebuah khutbah Jumat beberapa minggu yang lalu.

Si khotib orangnya gemuk.Tak tampak dari dirinya ciri-ciri ulama kebanyakan. Dia tidak berjenggot, tidak menggunakan baju koko, dan juga tidak ada tanda hitam di keningnya. Tapi semua itu tak mengurangi respek saya pada diri beliau.

Beliau tak membawakan tema berat tentang perjuangan saudara-saudara Muslim di Palestina, Irak ataupun Afghanistan. Juga tak memperbincangkan tentang Amerika Serikat, Israel ataupun sekutu mereka. Apalagi memperbincangkan tentang ekonomi pasar terbuka yang sedang IN sekarang..

Beliau memulai dengan sebuah cerita singkat..

Di suatu kota, hiduplah dua orang sahabat. Yang satu tukang kayu, dan yang satu tukang bangunan. Si tukang kayu tak begitu beruntung, karena sebuah kecelakaan, ia menjadi bisu dan tak mampu berbicara lagi. Si tukang bangunan pun tak begitu beruntung, ia terlahir dalam keadaan tunarungu alias tuli. Keduanya biasa berkomunikasi menggunakan tulisan lewat buku-buku kecil murahan yang banyak dijual di kaki lima.

Meski banyak kekurangan pada diri mereka, hal tersebut tak mempengaruhi hasil pekerjaan mereka.

Suatu hari, mereka bekerja sama dalam sebuah proyek pembangunan rumah bertingkat di desa mereka. Rumah itu milik saudagar kaya yang akan juga digunakan sebagai gudang barang-barang yang akan dijual ke kota.

Singkat cerita, suatu hari si tukang kayu yang bisu bertugas di lantai atas untuk memasang beberapa perlengkapan rak penyimpanan barang. Sementara si tukang bangunan ada di bawah sedang merapikan plesteran di dinding tengah bangunan tersebut.

Asik dengan pekerjaannya, tanpa sengaja si tukang kayu menjatuhkan potongan kayu yang dibutuhkannya ke lantai bawah. Si tukang bangunan yang juga asik dengan pekerjaannya tak menyadari hal tersebut lantaran dia berada cukup jauh dari jatuhnya potongan tersebut.

 Malas turun ke bawah, dia pun memanggil-manggil si tukang bangunan dengan suara paraunya. Tentu saja si tukang bangunan tak mendengarnya.

Tak kehabisan akal, si tukang kayu kemudian menjatuhkan uang koin 500an ke arah si tukang bangunan.

Di kejadian pertama, dijatuhkanlah uang tersebut ke kepala tukang bangunan. tapi meleset dan masuklah ke ember semen si tukang bangunan.

"ah ceroboh sekali diriku ini uang ini masuk ke ember semen. lumayan kan dapat teh manis." sahut tukang bangunan tak sadar itu dari tukang kayu di atas yang ingin minta tolong.

Di kejadian kedua, dijatuhkanlah uang itu ke arah kepalanya lagi, tapi meleset dan masuk ke kantung kuas plester si tukang bangunan.

"ah ada lagi uang 500an di sini, rejeki emang ga kemana, dapet pisang goreng nih.."

Kesal dengan temannya yang tak menengok juga, dijatuhkannya sekalian 5 buah paku, malang, ksemuanya kali ini mengenai kepala si tukang bangunan. Merasa dikerjai, si tukang bangunan pun menghardik si tukang kayu,

"woy ati-ati dong kerja. Untung ga kena mata,"




Nah kira-kira begitu ceritanya, aga dimodif dikit biar ga ngebosenin bacanya.

Intinya apa ya?

Yang saya tangkep dari khotbah Jumat si Bapak, beliau sebenarnya ingin mengingatkan kepada jemaat tentang dzikir.

Iya. Tanpa sadar, banyak diantara kita yang lupa ingat kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikannya. Kita baru ingat kepada-NYA ketika kita ditimpa musibah. Gantilah kata kita dengan saya jika anda merasa tersinggung dengan kalimat di atas.

Seperti si tukang bangunan, dua kali dijatuhkan uang, dia merasa itu keberuntungannya, itu hasil kerjanya dan lain sebagainya. Dia lupa bahwa ada zat yang mengatur itu semua. Namun ketika paku dengan analogi ujian jatuh, dia langsung ingat dan mencari asalnya.

Ingatlah Allah di kala suka dan dukamu, jangan pernah lupa untuk bersyukur dan memohon ampunan darinya. Adalah sebuah kewajiban bagimu untuk terus ingat dan bersyukur kepada-NYA, toh Allah pun telah menjanjikan kepada mahluk-NYA yang bersyukur akan menambahkan nikmat kepada mereka.

Semoga bermanfaat!!!

0 tanggapan:

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!

Archive

Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan