the roots of education are bitter, but the fruit is sweet ~aristotle~

Saturday, March 26, 2011

She's Out of My League

Hari ini benar-benar libur yang berkesan. Bukan karena semalam tumben-tumbenan ditemani smsan oleh seseorang, yang tak perlu lagi diragukan siapa. Bukan karena Spanyol menang 2-1 dari Republik Ceko. Bukan juga karena tadi Mbak Eni buka lagi gorengan shop, sehingga bisa terpakai juga receh di celengan saya ^_^.

Bukan karena itu semua. Tapi karena akhirnya bisa juga kembali menemukan satu film yang punya makna buat hidup ini. Dan entah kenapa ya cerita dari film tersebut ya ga jauh-jauh beda sama yang sedang penulis alami.

Judul film itu "She's Out of My League". Pernah dengar? Ceritanya berkisah tentang krisis percaya diri dari seorang cowok bernama Kirk.


Di suatu hari kerja biasa, Kirk (seorang petugas pengecek barang di bandara) tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis yang sangat sempurna. Wajah cantik dan tubuh yang bisa dikatakan sangat sempurna. Namanya Molly. Mereka bisa berkenalan berkat kebaikan Kirk yang berniat mengembalikan handphone Molly yang tertinggal di pengecekan barang.

Singkat cerita, Molly tampak jatuh hati pada kesederhanaan Kirk.

Namun disitulah masalahnya. Kirk merasa terlalu rendah diri terhadap Molly. Molly yang seorang pekerja kelas atas dengan penghasilan tinggi, anak orang kaya, dengan penampilan yang sangat sempurna. Sementara Kirk hanya pekerja biasa di bandara, dengan badan yang kurus tak atletis dan mobilnya yang bobrok.

Stainer, teman Kirk, bahkan menyebutkan bahwa dengan segala macam kriteria penilaian apapun, Kirk hanya ada di level 5. Sementara Molly yang dengan semua kelengkapannya adalah manusia tingkat atas dengan level 10.

Kirk sangat terpukul. Saat bisa mengontrol kepercayaan dirinya, Kirk malah merasa semakin minder dengan apa yang dimilikinya. Kirk berusaha mencari cacat yang dimiliki oleh Molly sehingga dia bisa menyetarakan diri dengan Molly. Molly yang mengetahui hal tersebut akhirnya marah dan merasa Kirk tidak bisa menerima dirinya.

Merekapun putus dan Kirk kembali kepada mantan pacarnya, Marnie.

Stainer, sahabat Kirk, kemudian merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Kirk. Ialah yang mencetuskan sistem penilaian dengan membanding-bandingkan orang tersebut. Ia yang menanamkan konsep tersebut pada Kirk. Iapun berusaha sebisa mungkin memperbaiki kesalahannya tersebut.

Dengan segala cara, akhirnya Kirk sadar bahwa manusia tidak bisa digolongkan dengan bilangan angka, bahwa semua manusia itu unik, bahwa sebenarnya cinta yang mereka kenal bukan berdasarkan tingkatan, namun perasaan yang mesti diperjuangkan.

"..jika semua cinta di dunia ini didasarkan atas nama materi, sifat, masa lalu, pilihan keluarga, kemauan teman dan hal-hal lain yang sebenarnya tidak berhubungan dengan cinta itu sendiri, maka tamatlah saya.."

0 tanggapan:

The Author

My photo
God gives you two ears so we can listen not only from one side. There are many perspective, point of view, and argument that can give you insights! Perhaps! Happy reading!

Archive

Muhamad Hasan Putra

Perumahan 1. Pt. GPM
Block F. 040
Bandar Mataram, Lampung Tengah
Lampung
34169

muhamad.hasan.putra@gmail.com

FB : Muhamad Hasan Putra

Twitter : @putrahasan